Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Mrenulis dan Lupakanlah

Gaya Hidup | Monday, 04 Apr 2022, 08:09 WIB

Bagi seorang penulis, menulis merupakan proses menghasilkan sebuah karya Karenanya, tak salah jika seorang penulis memiliki target dengan tulisan yang dihasilkannya. Sangat wajar dan dipahami, bukan saja ia mampu berkarya tetapi kita pun tak bisa menyangkal jika penulis butuh semacam apresiasi dengan tulisan yang telah dihasilkannya. Terlebih penulis baru, mereka akan mencoba eksis di dunia kepenulisan. Dengan kemampuan yang dimiliki berusaha menulis sebaik mungkin dan ingin sekali tulisannya bisa dimuat di sebuah media massa baik cetak maupun media online.

Bagi penulis pemula melatih diri dengan terus menerus mestilah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulisnya. (FOTO : Republika.co.id/Pixabay)

Ada yang salah ? Oh tentu tidak. Justeru terkadang penulis pemula rasanya seringkali dengan karya yang telah dihasilkannya selalu meraasa yakin bahwa tulisannya sudah standar penulisan yang ada hingga segera mengirimkannya ke media massa. Tentunya dengan mengirimkannya itulah ia berharap tulisannya dimuat. Tetapi persoalannya dengan hanya menunggu satu tulisan yang dikirim ke media massa, artinya ia berhenti berkarya dan itu masalah besar untuk seorang penulis pemula karena di sini ia hanya akan menunggu tanpa ada usaha untuk menulis kembali tulisan yang lain.

Memang kita mesti paham, bukan segi kuantitas semata tetapi tulisan pun mesti memperhatikan kualitas pula. Tetapi bagi seorang penulis pemula, selain harus belajar menulis yang baik juga mesti banyak menulis pula agar keterbiasaan menulis tentang sesuatu akan semakin teruji. Maka dari itu, jangankan seorang penulis pemula seorang penulis yang sudah biasa menulis pun memang mesti mampu menghasilkan satu tulisannya per harinya. Hal ini dimaksuidkan agar rutinitas menulis akan tercipta sehingga menulis sudah menjadi bagian dari kehidupan yang dijalani. Sayang kalau waktu yang ada tak disempatkan untuk me]nulis.

Kita sendiri paham, menang ada penulis yang memilih s]ebagai profesi utama tetapi ada pula yang menjadi menulis itu sebagai profesi sampingan. Ya siapa yang melarang memilih salah satu pun tak jadi masalah. Itu ]kembali kepada pilihan masing-masing. Justeru yang mesti diperhatikan adalah bagaimana seorang penulis khususnya penulis pemula yang tulisannya belum dimjuat sekalipun di media massa agar berusaha terus mengasah kemampuannya hingga bisa menembus satu media massa.

Di sini jelas butuh kesabaran, karena menulis bukan seperti membuat mie instan yang direbus dalam waktu sekitar 3 menit sudah matang dan siap untuk disajikan. Kita mesti memahami, menulis membutuhkan waktu, mencari referensi membutuhkan waktu, menunggu balasan dari redaksi juga menunggu waktu karena banyaknya naskah yang masuk ke meja redaksi. Kalau redakturnya baik kalaupun ditolak pasti ada kabar ke email tetapi yang pelit kasih kabar membuat kita berharap dengan ketidak pastian. Namun satu catatan yang perlu diperhatikan walaupun ada batas waktu dari redaksi yang membolehkan mengirikan ke media lain maka sebaiknya hal itu tak perlu diikuti sepenuhnya. Di sini baik penulis pemula atau yang sudah terbiasa menulis sebaik nya menulis lagi agar apa yang ditulisnya tetap gres. Tetapi kalau tetap mau mengirimkan sebaiknya sudah jelas tidak dimuat dan sebaik nya dirombak sedikit agar sesuai keinginan redaksi media yang lain.

Karenanya seorang penulis pemula jangan keburu nafsu ingin secepatnya tulisan dimuat. Memang benar itu sih kalau dimuat adalah kebanggaan yang sangat luar biasa. Tetapi semua itu akan tercipta melalui proses yang berkesinambungan. Biasanya kepasan tulisan yang kita tulis bisa mengikuti selera redaktur ketika kita sudah menulis beberapa tulisan. Akibat kita sering menulis dan terus mempelajari apa yang menjadi keinginan redaksi media yang dimaksud maka kita akan paham jenis tulisan seperti apa yang diinginkannya. Dari sinilah titik tolaknya sehingga dengan memahami hal ini maka penulis pemula bisa belajar tentang menulis yang baik untuk sebuah media karena belajar dari kesalahan poenulisan tulisan sebelum-sebelumnya lalu mengevaluasi dan memperbaikinya sehingga pada tulisan selanjutnya ditulis semakin sempurna.

Oleh sebab itu, jika merasa diri masih sebagai penulis pemula makanya ada baiknya memiliki prinsip menulis dan lupakanlah. Sehingga setelah menulis itu kita seolah-olah belum menulis sama sekali sehingga akan berusaha menulis lagi. Memang dengan berulang-ulang menulis, di sinilah akan menemukan seperti apa semestinya kita menulis. Justeru indahnya sering menulis, selain melatih pemikiran yang ada, menambah wawasan karena sering membaca, semakin memahami[ dunia tulis menulis juga yang teramat penting adalah bagaimana melatih mental yang dimiliki untuk selalu berproses dengan baik dan berproses dengan apa yang diharapkan hingga pada saatnya kita mendapatkan apa yang diinginkan yaitu tulisan kita dimuat di sebuah media massa.

Kerja keras yang dfilakukan saat menulis takkan pernah sia-sia karena ujungnya akan mendapatkan sesuatu yang manis. Kalaupun tulisan kita ada yang dimuat maka jangan cepat puas di mana sebaiknya kemampuan menulis yang dimiliki untuk terus ditingkatkan sehingga tulisan yang dihasilkan semakin hari akan semakin baik. Sebagai penulis pemula sebaiknya tidak selalu puas dengan capaian yang telah didapatkan tetapi teruslah belajar dan teruslah berlatih menulis. Inilah bekal bagi penulis pemula untuk selalu percaya diri dengan apa yang kini tengah dilakukannya. Percayalah hasil takkan membohongi usaha. Berproseslah secara baik maka hasil yang didapatkan akan baik pula.

Bagi penulis pemula, peluang anda untuk menjadi penulis hebat jelas selalu terbuka. Kalian memiliki kemampuan untuk mewujudkannya. Sekali lagi belajar, berlatih, menulis dan lupakanlah sehingga kalian akan rindu untuk selalu menulis dengan tujuan menghasilkan tulisan terbaik, banyak manfaatnya dan banyak dibaca orang. Semoga memotivasi para penulis pemula yang membaca tulisan ini***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image