Senin 04 Apr 2022 10:45 WIB

Harga Minyalk Goreng Meroket, Pedagang Perkecil Ukuran Kue Buka Puasa

Minyak goreng curah HET Rp 14 ribu, kini di Makassar dijual Rp 18 ribu per liter.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pedagang melayani pembeli di Pasar Takjil Ramadhan di kawasan Masjid Pusdai, Kota Bandung, Ahad (3/4/2022).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pedagang melayani pembeli di Pasar Takjil Ramadhan di kawasan Masjid Pusdai, Kota Bandung, Ahad (3/4/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sebagai dampak dari harga minyak goreng yang masih mahal, para pedagang memperkecil ukuran kue penganan yang dijual untuk kebutuhan buka puasa. "Kue-kue yang dijual harganya tetap, tetapi kue seperti risoles, panada, bakwan dan jalangkote atau pastel, kini ukurannya diperkecil," kata salah seorang pedagang kue Hj Rosnah di kawasan Masjid Al Markaz Al Islamy, Kota Makassar, Ahad (3/4/2022).

Menurut dia, masih langkanya minyak goreng baik kemasan dan curah, membuat harga belinya terus meroket. Belum lagi, barangnya ketika ditemukan di pasaran dalam jumlah terbatas, membuat para pedagang harus memperkecil ukuran kuenya.

Sebagai gambaran, harga minyak goreng kemasan yang biasanya dibeli seharga Rp 20 ribu per liter, kini harus ditebus Rp 30 ribu per liter. Sedangkan minyak goreng curah yang saat normal dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 14 ribu per liter, kini rata-rata dijual Rp 18 ribu per liter.

Oedagang kue Maemunah di Pasar Pannampu, Kota Makassar juga mengakui, lebih memilih memperkecil ukuran kue yang dijual. Menurut dia, strategi agar harga kue tidak dinaikkan dan pelanggan tidak terbebani, harga tetap dan ukuran kue diperkecil.

Menanggapi masih sulitnya menjangkau minyak goreng di lapangan, Menteri Pertanian H Syahrul Yasin Limpu melakukan peninjauan stok bahan pangan di pasar tradisional Kota Makassar pada akhir pekan kemarin. Syahrul berjanji berkoordinasi dengan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi untuk mengatasi masalah itu.

"Minyak goreng yang dikirim ke Sulawesi sebenarnya banyak, hanya saja saat meninjau di Pasar tradisional terbesar di Makassar, pedagang skala besar tidak memajang semua, melainkan dijual sedikit-sedikit," ucapnya. Syahrul menduga, adanya saling menjaga antarpedagang. Karena bila semuanya langsung dipajang, dikhawartirkan terjadi aksi borong oleh pihak tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement