Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr.-Ing. Suhendra

Ramadhan Kala Pandemi, Momentum Mengurangi Beban Bumi

Gaya Hidup | Monday, 04 Apr 2022, 00:21 WIB

Dr.-Ing. Suhendra, pemerhati lingkungan dan dosen teknik kimia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

Ramadhan saat ini adalah ramadhan ketiga saat pandemi. Terkait hal itu, pertanyaan yang sering diajukan para pemerhati dan ilmuwan lingkungan terkait pandemi adalah: apakah pandemi yang masih berlangsung saat ini menjadi rem (penghambat) atau gas (akselarator) pencemaran yang menjadi beban bumi kita ?

Sebelum pandemi, emisi gas rumah kaca dan sampah plastik yang membahayakan kehidupan laut sering menjadi perbincangan hangat. Setiap bahasan di forum United Nations Climate Change Conference (UNFCCC/ konferensi dunia untuk perubahan iklim) selalu meminta komitmen semua negara di dunia, utamanya negara berpotensi pencemar terbesar dunia, untuk mengurangi emisi dan sampah mereka yang telah menjadi masalah lingkungan global. Karena kita hidup di langit yang sama dan laut yang terhubung, maka masalah emisi dan sampah di manapun bagaimanapun juga akan menjadi masalah bersama.

Sebagai salah satu agenda dunia, isu lingkungan akan terus mengalami peningkatan perhatian, baik di tingkat pemerintahan seluruh negara, atau untuk kepentingan bisnis. Isu-isu utama yang ada saat ini seperti perubahan iklim yang begitu cepat, penyusutan lahan (land degradation) dan imbasnya pada pertanian, penurunan kualitas air dan udara, kerusakan hutan (dan secara umum habitat makhluk hidup), hilangnya beragam keanekaragaman hayati, sampah dan problem penanggulangannya serta penipisan lapisan ozon. Jauh sebelum pandemi, untuk menanggapi isu-isu tersebut, Brundlandt Report (1987) memperkenalkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) untuk mengoptimalkan sumber daya alam untuk kita saat ini (the needs of current generations), dan terwarisi langgeng untuk generasi mendatang (future generations).

Lalu sebagai muslim, apa kontribusi kita pada kepedulian mengurangi beban bumi yang nyatanya terlihat semakin ringkih ini ?

Trend positif

Trend positif dampak lingkungan yang dapat ditemukan para ilmuwan adalah pandemi menjadi rem emisi gas rumah kaca. Dalam survei Deutssche Luftraum (DLR/ Lembaga Penelitian Antariksa Jerman) tentang pandemi dan mobilitas pada November dan Desember 2020, bahwa trend pengurangan emisi lingkungan semasa lingkungan, utamanya emisi yang disebabkan dari transportasi. Namun, catatan terkati perubahan trend ini tidak berarti perubahan jenis dan moda teknologi transportasi yang dipilih, tetapi lebih banyak pada perubahan perilaku.

Hal ini didukung penelitian lain bahwa pada saat pandemi trend pengguna sepeda meningkat tajam selama pandemi, baik sepeda untuk menggantikan kendaraan ke tempat kerja maupun untuk olahraga di saat liburan. Karenanya, pemerinta beberapa kota menanggapinya dengan penambahan „Fahradsautobahn“ (jalan tol sepeda), seperti kota Berlin yang menambah jalur sepeda sepanjang minimal 15 saat pandemi, dengan konsekuensi memblokir beberapa ruas jalur mobil dan mengurangi tempat parkir mobil di kota.

Beban Bumi Akibat Pandemi

Sayangnya, di sisi lain ternyata pandemi corona telah menyebabkan peningkatan volume sampah plastik secara signifikan di seluruh dunia. Menurut perkiraan, pandemi menghasilkan sekitar 8,4 juta ton sampah plastik di 193 negara pada Agustus 2020. Sebagai perbandingan, menurut United Nations Environmental Program (Program Lingkungan PBB/ UNEP), penduduk bumi telah menghasilkan sekitar 300 juta ton sampah plastik per tahun selama pandemi.

Salah satu tim yang dipimpin ilmuwan Cina berasumsi bahwa sekitar 87,4 % sampah pandemi berasal dari rumah sakit, terutama di negara-negara Asia. Sebanyak 7,6% dapat dikaitkan dengan sampah masker dan peralatan pelindung lainnya untuk melindungi dari pandemi, sementara limbah pangan berupa kemasan dan dari online trading sedang booming menambah 4,7% limbah tambahan.

Penggunaan sumber daya alam dan materi untuk kehidupan manusia perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan peran ekologis untuk mempertahankan ekosistem. Eksploitasi yang berlebihan ditambah ketidakpedulian pada dampaknya terjadi ketika pemanfaatan materi hanya berdasar pertimbangan memaksimalkan keuntungan ekonomis dan kenyamanan pribadi semata. Dalam Al-Quran, penggunaan sumber daya secara tidak bertanggung jawab ini berdampak nyata pada kerusakan ekologis (ecological destruction) saat ini, akibat karena kejahilan tangan manusia, seperti difirmankan Allah dalam surat Ar Rum (30) ayat 41.

Beberapa Landasan Agama

Pada hakikatnya, perlindungan dan pemanfaatan terhadap lingkungan didasari keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia dalam rangka pemantapan posisi sebagai pemakmur bumi dengan mengunakan lingkungan untuk hidup atau membangun unit usaha masing-masing. Pada titik ini, ada kesempatan manusia mengambil keputusan terbaik untuk memuliakan lingkungan kita sekaligus mengurangi beban bumi. Keputusan itu terkait perencanaan pemakaian materi dan pembuangan limbahnya, kepedulian pemeliharaan alam dan sumber dayanya (nature conservation) dan lain-lainnya yang secara keseluruhan mengacu pada penataan lingkungan.

Bila setiap muslim sadar, bahwa sebagai hamba Allah kita semua diberi ilham untuk menggunakan sumber daya positif (taqwa) dan sumber daya negatif (fujur) (91:8), maka akan selalu ada pertarungan antara kontributor kerusakan dengan pejuang perbaikan lingkungan. Dalam hal ini, optimalisasi potensi taqwa menjadi tema sentral puasa dan merupakan esensi dari ibadah ramadhan. Buah dari taqwa ini adalah kejernihan hati (qolbun salim) dalam membuat setiap pengambilan keputusan (decision making). Potensi taqwa ini seharusnya menjadi modal terbesar dalam perbaikan lingkungan hidup.

Karenanya, syiar-syiar Islam yang begitu dekat di bulan ramadhan, sesungguhnya juga mengaitkan kualitas keimanan kita dengan kualitas lingkungan sekitar kita. Dalam Islam, perlindungan terhadap lingkungan didasari prinsip bahwa semua komponen yang ada di lingkungan, makhluk hidup dan alam sekitar, adalah hasil ciptaan Allah. Ciptaan Allah berupa alam raya ini merupakan tanda-tanda kebesaran Allah (2:164). Ayat pertama dalam Al Quran diturunkan di bulan Ramadhan (Al ‘Alaq: 1) memerintahkan manusia untuk membaca fenomena ciptaan Ar-Rab (the Almighty Creator). Selain itu, disetiap bencana yang terjadi terkandung hikmah agar kita tidak mengikuti jejak yang salah dari orang-orang yang berperilaku merusak, seperti yang difirmankan Allah dalam surat Thoha ayat 128. Karena kerusakan lingkungan adalah irreversible point yang efeknya bisa berlanjut hingga harus ditanggung oleh generasi berikutnya.

Ramadhan tiba, saatnya mengurangi sampah

Dengan demikian, tidak ada ruang bagi manusia takabur dihadapan alam, karena sesungguhnya kehebatan Allah pada penciptaan alam, lebih menakjubkan dibanding pada penciptaan manusia (40: 57). Oleh karena itu, Allah melarang mengeksploitasi lingkungan dengan semena-mena (7:56). Dengan pendekatan seperti ini, semoga di bulan Ramadhan ini menjadi momentum semua muslim bisa berkontribusi mengurangi beban bumi, utamanya akibat pandemi yang kini masih berjalan.

Karenanya, sebagai muslim, seyognya kita rubah pola hidup menjadi hemat energi, sedikit sampah dan lebih peduli pada lingkungan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image