Warga Lebanon Jalani Ramadhan dengan Harga-Harga yang Melambung

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih

Sabtu 02 Apr 2022 17:04 WIB

Warga Lebanon membawa kotak roti. Foto: reuters Warga Lebanon membawa kotak roti.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon masih berjuang dalam kriris keuangan yang parah. Di Ramadhan kali ini, tak ada dekorasi di jalanan.

Spanduk untuk dipasang di jalan yang menyerukan kebaikan menjadi terlalu mahal. Mereka yang biasa memasang dekorasi lebih suka memberikan uangnya untuk amal. Amal bisa dilakukan melalui media sosial untuk menjangkau sebanyak mungkin orang,

Baca Juga

Harga BBM naik signifikan. Biaya naik taksi pulang pergi menjadi 36 ribu pound Lebanon atau 23 dolar (Rp 330 ribu) dari sebelumnya 2.000 pound Lebanon atau 1,30 dolar (Rp 19 ribu) sebelum krisis.

“Semoga Tuhan membantu kami. Setiap Ramadhan telah menjadi lebih sulit bagi kami,” ujar seorang ibu dari lima anak yang berbelanja sayuran di pasar populer di Tariq Al-Jdideh, dilansir dari Arab News, Sabtu (2/4/2022).

Menurutnya, harga seikat roti sekarang 10 ribu pound Lebanon (Rp 95 ribu). Harga buah-buahan dan sayuran menjadi gila, meskipun semuanya lokal. 

Satu kilo mentimun berharga 35 ribu pound Lebanon (Rp 332 ribu), kepala selada 20 ribu Lebanon (Rp 190 ribu), satu galon minyak sayur berharga 500 ribu pound Lebanon (Rp 4,7 juta).

“Satu kilo dada ayam 200 ribu pound Lebanon (1,9 juta) dan tukang daging lokal kami, memberi tahu bahwa harga diperkirakan akan meningkat lebih banyak lagi bulan ini,” kata ibu itu.

Dengan krisis di Ukraina ungkapnya, harga semakin melambung tinggi membuat masyarakat Lebanon semakin menderita kesulitan. Di saat bersamaan semakin banyak anak muda Lebanon yang menganggur.

Sistem keuangan Lebanon telah runtuh sejak 2019 di bawah beban utang negara dan sistem korupsi yang mengaturnya. Sementara itu, para politisi belum mencapai kesepakatan tentang rencana pemulihan yang cukup baik bagi Dana Moneter Internasional untuk menyelamatkan Lebanon.

Pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dan harga telah meningkat secara dramatis karena Lebanon sangat bergantung pada impor. Gaji bulanan militer telah menurun hingga setara dengan 50 dolar (719 ribu) sebelumnya adalah 900 dolar (13 juta).

Pensiunan wasit sepak bola internasional, Zuhair Al-Masry, mengatakan Ramadhan lalu, nilai tukar sekitar 16 ribu pound Lebanon per dolar. Sekarang telah meningkat menjadi 23 ribu pound Lebanon terhadap dolar. Biaya bahan bakar menjadi dua kali lipat, dan harga semua barang meningkat. 

“Satu galon jallab, sirup buah yang populer selama bulan Ramadhan, dulu berharga 25 ribu pound Lebanon (Rp 237 ribu) tahun lalu, sekarang harganya 140 ribu pound Lebanon (Rp 1,3 juta). Satu kilo manisan Arab biasa seharga 35 ribu pound Lebanon (Rp 332 ribu) sekarang 100 ribu pound Lebanon (Rp 994 ribu). Terkadang saya iri pada mereka yang menderita diabetes,” ungkap Al-Masry.

Mohammed Al-Hallaq, pemilik toko kecil di salah satu lingkungan populer Beirut, mengatakan kenaikan harga belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang tidak tahan, tetapi mereka pasti akan berpuasa dan sejauh ini tidak ada yang mati karena kelaparan. 

“Tuhan memberkati kita selama bulan suci ini,” kata dia.