Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aiman Bahalwan

6 Jurus Guru Masa Kini Wujudkan Generasi Anti Korupsi

Guru Menulis | Thursday, 31 Mar 2022, 23:27 WIB

Korupsi merupakan permasalahan klasik yang belum hilang di Indonesia. Jumlah kasusnya selalu tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW), pada tahun 2018 terdapat 454 kasus korupsi, 271 kasus tahun 2019, dan kembali meningkat sebanyak 444 kasus di tahun 2020.

Indeks kasus korupsi yang tinggi menimbulkan kekhawatiran bagi keberlangsungan negara. Pasalnya, korupsi dapat mengakibatkan suatu negara sulit maju bahkan rawan gagal. Sifat tamak para pejabat terhadap harta benda mengakibatkan tindakan korupsi masih belum berakhir.

Terlebih, fenomena flexing atau pamer kemewahan yang sedang viral di media sosial. Fenomena ini secara tidak langsung memperkuat nilai tentang kekayaan harta benda sebagai tolak ukur kesuksesan. Hal ini tentu berdampak buruk bagi generasi muda Indonesia.

Persepsi sukses itu kaya dan keinginan memperoleh kekayaan dengan cepat mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa Indonesia. Jika generasi muda tidak mendapat pendidikan yang baik, maka cita-cita Indonesia bebas korupsi tidak akan pernah tercapai.

Perilaku menyimpang yang masuk dalam kategori kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) ini harus segera dihentikan. Namun, upaya menghentikan korupsi memerlukan cara yang strategis dan sistematis. Mengutip pernyataan mantan ketua KPK, Abraham Samad bahwa korupsi di Indonesia sangat sistematis dan massif. Oleh karena itu, diperlukan cara-cara yang strategis agar pencegahan korupsi dapat berjalan efektif.

Dalam upaya pemberantasan korupsi, guru dan sekolah memegang peranan yang penting dan strategis. Menurut penulis, banyak upaya yang dapat seorang guru lakukan untuk menghapuskan perilaku korupsi di masa depan. Guru masa kini berperan sebagai aktor utama dalam upaya preventif memberantas perilaku korupsi.

Terdapat 6 nilai utama yang dapat guru masa kini tanamkan kepada pelajar dalam membentuk karakter anti korupsi. Langkah preventif ini penulis sebut dengan, “6 Jurus Guru Masa Kini Wujudkan Generasi Anti Korupsi”. Hal ini sangat penting karena korupsi yang membudaya dan teregenerasi di Indonesia harus diputus.

6 jurus guru masa kini dalam mewujudkan generasi anti korupsi bersumber dari buah meneladani perilaku Rasulullah ﷺ dan sahabatnya, serta pahalwan Indonesia.

Jurus pertama adalah menanamkan kesadaran atas bahaya korupsi. Pengetahuan tentang bahaya korupsi yang tidak hanya merugikan negara perlu dimiliki pelajar. Melalui pengetahuan, muncul kesadaran dan sikap untuk menjauhi hingga memberantasnya.

Jurus kedua yaitu menanamkan semangat bekerja keras. Prinsip kerja keras dan menghargai proses dalam meraih cita-cita juga harus dimiliki siswa. Sebab, barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Kerja keras Rasulullah ﷺ dalam membangun Masjid Nabawi di usia sekitar 51 tahun menjadi contoh yang dapat diteladani.

Jurus ketiga guru masa kini adalah menanamkan sifat jujur dan berani. Kejujuran dan keberanian menjadi dua hal yang sangat penting untuk membentuk karakter pelajar anti korupsi. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik. Hal senada juga dikatakan oleh Pahlawan Jenderal Soedirman, bahwa kejahatan akan menang bila orang yang benar tidak melakukan apa-apa. Oleh karena itu, guru masa kini harus melatih siswa untuk jujur dan berani bertindak melawan keburukan.

Melalui jurus keempat, guru masa kini dapat mengajak siswa untuk memiliki gaya hidup sederhana. Mantan ketua KPK, Agus Rahardjo menyatakan bahwa salah satu penyebab seseorang melakukan korupsi adalah sifat tamak. Oleh karena itu, para pelajar perlu membiasakan hidup sederhana dan memperbanyak bersyukur.

Dalam jurus keempat ini, guru masa kini dapat memberikan contoh dari kisah Anas bin Malik tentang gaya hidup sederhana Rasulullah ﷺ.

Peristiwa Anas bin Malik, Umar bin Khattab, dan beberapa sahabat yang melihat Rasulullah ﷺ sedang tidur di atas tempat tidurnya. Bagian dipan tempat tidurnya yang dianyam dengan pelepah sehingga meninggalkan bekas di pinggang Rasulullah ﷺ. Kisah ini menunjukkan bahwa kemuliaan yang dimiliki Rasulullah ﷺ tidak membuat beliau ingin hidup bermewah-mewahan.

Jurus kelima guru masa kini adalah melatih siswa untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Untuk membentuk generasi anti korupsi, generasi muda harus dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Terkadang, seseorang mengeluh karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi. Padahal, bukan kebutuhan hidupnya yang tak tepenuhi, melainkan keinginan gaya hidup ‘hedon’ (boros; gaya hidup mewah).

Dalam jurus kelima ini, guru masa kini dapat memberikan contoh dari kisah Mohammad Hatta dan sepatu Bally. Kisah ini disampaikan oleh sekretaris pribadi Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja.

Suatu hari Bung Hatta berjalan-jalan di pertokoan di luar negeri. Dia sangat ingin memiliki sepatu Bally yang terpampang di etalase. Begitu inginnya, guntingan iklan sepatu Bally itu dia simpan di dompetnya. Dia berharap suatu waktu bisa membelinya. Namun, hingga meninggal Bung Hatta belum bisa membeli sepatu Bally itu. Dan, guntingan iklan masih tersimpan di dompetnya.

Melalui kisah ini, Bung Hatta mengajarkan kepada kita untuk tidak memaksakan keinginan. Sebab, bisa saja beliau menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan sepatu tersebut. Namun, Bung Hatta tidak melakukan hal tersebut.

Jurus terakhir guru masa kini adalah memperbaiki pola pikir pelajar tentang kesuksesan. Mayoritas dari masyarakat mempersepsikan orang sukses adalah orang yang kaya. Padahal, tidak semua orang kaya layak disebut sukses. Sebaliknya, orang sukses pun tidak harus kaya. Pola pikir kesuksesan yang hanya diukur berdasarkan kekayaan atau bersifat material harus dirubah. Karena pola pikir seperti ini yang menyebabkan seseorang berlomba-lomba ingin cepat kaya, secara instan, sehingga segala cara dilakukannya.

Indikator kesuksesan tidak boleh hanya diukur dari kekayaan, tetapi juga aspek lainnya. Memiliki prestasi dibidang pendidikan dan pengabdian sosial juga merupakan kesuksesan. Dan masih banyak aspek kesuksesan selain kekayaan yang dapat dicapai.

Keenam jurus guru masa kini tidak hanya dapat dilakukan di sekolah, tetapi juga di beberapa platform media sosial seperti Instagram, Youtube, dan Tiktok. Ketiga platform tersebut berperan sebagai wadah kreativitas guru masa kini dalam menerapkan jurusnya. Selain itu, media sosial menjadikan jurus guru masa kini lebih tepat sasaran bagi generasi muda.

Dengan keenam jurus guru masa kini tersebut, maka generasi anti korupsi akan terwujud. Harapannya, mental dan perilaku korupsi di Indonesia lekas hilang di masa depan. Sehingga kita dapat menjadi bangsa yang memiliki daya saing dan diperhitungkan bangsa-bangsa di dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image