Sabtu 02 Apr 2022 00:45 WIB

WWF: Perdagangan Satwa Liar Secara Daring Meningkat di Myanmar

Sebanyak 173 spesies yang diperdagangkan, dengan 54 spesies terancam punah

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
WWF
WWF

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sebuah laporan oleh World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan pembelian ilegal satwa liar secara daring meningkat di Myanmar. Peristiwa ini dapat mengancam kesehatan masyarakat dan spesies yang terancam punah.

Laporan yang dikeluarkan pada Jumat (1/4/2022), menemukan bahwa penegakan larangan transaksi semacam itu telah melemah di tengah gejolak politik setelah pengambilalihan militer pada 2021. Jumlah transaksi naik 74 persen dibandingkan tahun sebelumnya, hampir semuanya melibatkan penjualan hewan hidup. Sebanyak 173 spesies yang diperdagangkan, dengan 54 terancam punah secara global.

Peneliti mengidentifikasi 639 akun Facebook milik pedagang satwa liar. WWF melaporkan, grup perdagangan daring terbesar memiliki lebih dari 19.000 anggota dan puluhan posting per minggu.

Hewan dan bagian tubuh hewan yang diperjualbelikan meliputi gajah, beruang, siamang, kijang Tibet, trenggiling yang terancam punah, dan kura-kura raksasa Asia. Mamalia yang paling populer adalah berbagai spesies lutung dan monyet, yang sering dibeli sebagai hewan peliharaan.

Sebagian besar hewan yang diiklankan untuk dijual diambil dari alam, termasuk musang, dan trenggiling telah diidentifikasi sebagai vektor potensial dalam penyebaran penyakit seperti SARS dan Covid-19. Kepala proyek kejahatan dunia maya regional WWF Asia-Pasifik Shaun Martin mengatakan, pemantauan perdagangan satwa liar secara daring menunjukkan spesies yang berbeda disimpan berdekatan, kadang-kadang di kandang yang sama.

"Dengan rekam jejak Asia sebagai tempat berkembang biaknya banyak penyakit zoonosis baru-baru ini, peningkatan tajam dalam perdagangan online satwa liar di Myanmar sangat memprihatinkan," ujar Martin.

Perdagangan spesies hewan liar yang tidak diatur dan interaksi yang dihasilkan antara spesies liar dengan manusia meningkatkan risiko mutasi penyakit baru. kemungkinan penyakit itu resisten terhadap vaksin seperti Covid-19 yang dapat berevolusi tanpa terdeteksi pada inang non-manusia menjadi varian penyakit yang lebih berbahaya.

Covid-19 adalah salah satu dari banyak penyakit yang ditelusuri berasal dari hewan. Pembunuhan dan penjualan yang dikenal sebagai daging hewan liar di Afrika dianggap sebagai sumber Ebola. Flu burung kemungkinan berasal dari ayam di pasar di Hong Kong pada 1997.

"Perdagangan satwa liar ilegal menjadi perhatian serius dari sudut pandang pelestarian dan konservasi keanekaragaman hayati dan potensi dampaknya terhadap keamanan kesehatan,” kata  pakar penyakit dan penyakit zoonosis dan CEO Field Epidemiology Training Program Alumni Foundation  di Filipina Mary Elizabeth G. Miranda.

Sebagian besar perdagangan satwa liar di Myanmar dilakukan melalui Facebook telah diblokir atau menghapus akun orang-orang yang terlibat dalam transaksi tersebut. Namun, seperti yang terjadi di tempat lain, akun baru sering muncul setelah akun lama ditutup, sehingga menghambat penegakan.

Menurut laporan WWF, diskusi pembelian spesies yang dilindungi sering terjadi di grup Facebook secara terbuka. Tindakan ini menunjukkan bahwa transaksi semacam itu tetap sebagian besar bebas risiko. Pembayaran dan pengiriman sering dilakukan menggunakan aplikasi messenger, mengendalikan masalah menjadi dua kali lipat sulit.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement