Jumat 01 Apr 2022 10:35 WIB

Atasi Krisis Pangan, Afghanistan Butuh 4,4 Miliar Dolar AS 

Hampir semua warga Afghanistan mengalami kerawanan pangan akut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang pria Afghanistan dengan anak-anaknya naik kendaraan roda tiga setelah mereka menerima pasokan makanan, selama distribusi bantuan kemanusiaan untuk keluarga yang membutuhkan, di Kabul, Afghanistan, Rabu, 16 Februari 2022. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, Afghanistan membutuhkan bantuan senilai 4,4 miliar dolar AS untuk menghindari krisis pangan.
Foto: AP/Hussein Malla
Seorang pria Afghanistan dengan anak-anaknya naik kendaraan roda tiga setelah mereka menerima pasokan makanan, selama distribusi bantuan kemanusiaan untuk keluarga yang membutuhkan, di Kabul, Afghanistan, Rabu, 16 Februari 2022. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, Afghanistan membutuhkan bantuan senilai 4,4 miliar dolar AS untuk menghindari krisis pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, Afghanistan membutuhkan bantuan senilai 4,4 miliar dolar AS untuk menghindari krisis pangan. PBB telah meluncurkan penggalangan dana terbesar untuk Afghanistan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis (31/3/2022) miris mendengar kabar bahwa beberapa warga Afghanistan terpaksa menjual anak-anak dan bagian tubuh mereka untuk mendapatkan makanan. Dia mengatakan, hampir semua warga Afghanistan mengalami kerawanan pangan akut.

Baca Juga

Guterres memulai penggalangan dana secara virtual yang didukung oleh Inggris, Jerman, dan Qatar. Jumlah yang dipatok oleh PBB sangat ambisius, karena banyak perhatian dunia tertuju pada konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, beberapa negara kaya telah membekukan aset Afghanistan di luar negeri senilai 9 miliar dolar AS.

Dalam beberapa pekan terakhir, pejabat senior PBB telah melakukan kunjungan ke Afghanistan. Mereka bertemu dengan pejabat tinggi Taliban, untuk meyakinkan bahwa Afghaniatan tidak dilupakan.  

“Negara-negara kaya dan kuat tidak dapat mengabaikan konsekuensi dari keputusan mereka terhadap (kelompok) yang paling rentan. Sekitar 95 persen orang tidak memiliki cukup makanan, dan sembilan juta orang berisiko kelaparan,” ujar Guterres, dilansir Aljazirah, Jumat (1/4/2022).

Mengutip perkiraan UNICEF, Guterres mengatakan bahwa, lebih dari satu juta anak-anak Afghanistan mengalami kekurangan gizi parah. Mereka berada di ambang kematian jika tidak segera ditangani.

"Kita menghadapi krisis kelaparan dan kekurangan gizi di Afghanistan. Orang-orang sudah menjual anak-anak mereka dan bagian tubuh mereka untuk memberi makan keluarga mereka," kata Guterres. 

Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, mengatakan, Inggris akan memberikan dukungan bagi Afghanistan senilai 380 juta dolar AS. Sementara, Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan, negaranya telah meningkatkan bantuan bagi Afghanistan senilai 220 juta dolar AS. Sementara Qatar menyumbang 50 milar dolar AS dalam beberapa bulan terakhir, dan menjanjikan dana tambahan sebesar 25 juta dolar AS untuk tahun 2022.

Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan, Amerika Serikat memberikan dana bantuan kemanusiaan sebesar 204 juta dolar AS untuk membantu warga Afghanistan. Bantuan tersebut akan langsung disalurkan ke PBB dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dia memastikan bantuan itu tidak jatuh ke tangan Taliban.

“Bantuan kemanusiaan ini, seperti semua bantuan dari Amerika Serikat, akan langsung disalurkan ke LSM dan PBB. Taliban tidak akan mengendalikan pendanaan kemanusiaan kami," ujar kata Thomas-Greenfield.

Secara total, negara-negara donor telah menjanjikan dana bantuan senilai 2,4 miliar dolar AS.  Banyak negara donor berusaha membantu warga Afghanistan yang dan menghindari Taliban. PBB menyarankan agar keterlibatan politik dan ekonomi dengan kepemimpinan Taliban harus dipertimbangkan di masa depan.

“Sangat penting bagi komunitas internasional untuk terlibat dengan Taliban dari waktu ke waktu dalam isu-isu di luar kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan bukanlah pengganti bentuk-bentuk keterlibatan lainnya," kata Kepala Bantuan PBB, Martin Griffiths. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement