Kamis 31 Mar 2022 09:42 WIB

Energi Pelabuhan Indonesia Siapkan Strategi Pengurangan Emisi Kapal

Energi Pelabuhan Indonesia memaksimalkan penggunaan shore to ship power connection.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Foto udara aktivitas bongkar muat di pelabuhan (ilustrasi). Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yakni PT Energi Pelabuhan Indonesia (EPI) menyiapkan strategi untuk memaksimalkan upaya dalam pengurangan emisi kapal di pelabuhan.
Foto: ANTARA/Jojon/rwa.
Foto udara aktivitas bongkar muat di pelabuhan (ilustrasi). Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yakni PT Energi Pelabuhan Indonesia (EPI) menyiapkan strategi untuk memaksimalkan upaya dalam pengurangan emisi kapal di pelabuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yakni PT Energi Pelabuhan Indonesia (EPI) menyiapkan strategi untuk memaksimalkan upaya dalam pengurangan emisi kapal di pelabuhan. Direktur Utama PT EPI Imanuddin mengatakan untuk mewujudkan green port akan memaksimalkan penggunaan shore to ship power connection.

"Kita sudah memiliki roadmap nya, salah satunya yang saat ini kita sudah terapkan dengan kapal peti kemas domestik bagian dari roadmap," kata Imanuddin usai menghadiri Forum Ecoport di Jakarta, Rabu (31/3/3022).

Baca Juga

Shore power connection merupakan penyediaan tenaga listrik dari pelabuhan ke kapal di dermaga. Dengan begitu kapal yang sandar di dermaga dapat mematikan mesin utama dan mesin bantunya.

Shore power connection merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan di pelabuhan dalam mengurangi tingkat emisi di pelabuhan."Kebutuhan listrik di kapal, akan disuplai dari shore power connection di pelabuhan sehingga emisi yang dihasilkan oleh mesin bantu dapat dikurangi dan juga ramah lingkungan," jelas Imanuddin.

Imanuddin mengatakan, shore power connection juga dapat menghemat konsumsi bahan bakar yang seharusnya digunakan untuk daya kapal saat di pelabuhan. Selain itu juga mengurangi polusi udara di pelabuhan akibat konsumsi bahan bakar dari permesinan bantu kapal.

Imanuddin menjelaskan PT EPI sudah menempatkan dua unit Frequency Converter dengan kapasitas terpasang masing-masing 500 KVa di Dermaga 209-210 Pelabuhan Tanjung Priok. Alat tersebut dapat melayani kapal dengan frequency 50 Hz dan 60 Hz.

"Frequency Converter ini telah didesain untuk dapat melakukan sinkronisasi secara otomatis dan memiliki stabilizer tegangan sehingga kualitas pasokan listrik dapat terjamin," jelas Imanuddin.

Dalam roadmap yang sudah dibuat, shore to ship power connection akan digunakan untuk kapal peti kemas domestik terlebih dahulu baru setelahnya internasional. Setelah itu baru ke kendaraan terminal.

"Ada yang sudah berjalan paralel. Terakhir mungkin nanti untuk kapal-kapal multipurpose," tutur Imanuddin.

Untuk kebutuhan keseluruhan di Pelabuhan Tanjung Priok, Imanuddin menyebut paling tidak membutuhkan 19 sampai 20 unit. Untuk itu, Imanuddin mengatakan pembangunannya akan dilakukan secara bertahap.

Dia menambahkan, investasi untuk menyediakan alat tersebut juga masih terus dibahas. Imanuddin mengatakan pembahasan tersebut juga dilakukan dengan PT Pelindo (Persero) sebagai induk perusahan.

"Kami di Pelindo sendiri membahas apakah ini investasinya 100 persen dari kita EPI anak usaha atau nanti dikoordinasi oleh holding. Nanti holding yang memutuskan sebagian ada EPI  atau holding atau anak usaha yang lain," ungkap Imanuddin.

Imanuddin menyebut investasi yang dibutuhkan untuk satu unit shore to ship power connection berkisar 300 ribu dolar AS, 1,2 juta dolar AS, hingga 4 juta dolar AS."Investasi ini tergantung ukuran, lokasi, pelabuhan, dan modelnya. Pelabuhan kita sendiri tidak bisa dibangun sama rata semua. Karakter berbeda dengan lebar dermaganya," jelas Imanuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement