Kamis 31 Mar 2022 07:54 WIB

Intelijen Inggris: Tentara Rusia Mulai Tolak Perintah Perang di Ukraina

Tentara Rusia kekurangan senjata dan moral.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Tank tentara Rusia bergerak di jalan di pinggiran Mariupol, Ukraina, Jumat, 11 Maret 2022. Kepala Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ), Jeremy Fleming, pada Rabu (30/3/2022) mengatakan, berdasarkan informasi intelijen beberapa tentara Rusia di Ukraina telah menolak untuk melaksanakan perintah perang.
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Tank tentara Rusia bergerak di jalan di pinggiran Mariupol, Ukraina, Jumat, 11 Maret 2022. Kepala Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ), Jeremy Fleming, pada Rabu (30/3/2022) mengatakan, berdasarkan informasi intelijen beberapa tentara Rusia di Ukraina telah menolak untuk melaksanakan perintah perang.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ), Jeremy Fleming, Rabu (30/3/2022), mengatakan, berdasarkan informasi intelijen beberapa tentara Rusia di Ukraina telah menolak untuk melaksanakan perintah perang. Beberapa tentara Rusia telah menyabotase peralatan mereka, dan secara tidak sengaja menembak jatuh salah satu pesawat mereka.

Fleming mengatakan, Presiden Vladimir Putin telah salah menilai kemampuan angkatan bersenjata Rusia yang memiliki keunggulan. Putin meremehkan perlawanan rakyat Ukraina dan tekad Barat, yang telah menghukum Moskow dengan sanksi terkoordinasi. 

Baca Juga

"Putin telah salah menilai situasi secara besar-besaran. Kami yakin para penasihat Putin takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepadanya," kata Fleming dalam pidatonya di Universitas Nasional Australia di Canberra.

Mengutip data baru intelijen, Fleming mengatakan, ada bukti bahwa tentara Rusia memiliki moral yang rendah dan perlengkapan yang buruk. “Kami telah melihat tentara Rusia kekurangan senjata dan moral. Mereka menolak untuk melaksanakan perintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan bahkan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri,” kata Fleming.

GCHQ mengumpulkan komunikasi dari seluruh dunia untuk mengidentifikasi ancaman terhadap Inggris. GCHQ memiliki hubungan dekat dengan Badan Keamanan Nasional AS dan badan intelijen Australia, Kanada dan Selandia Baru dalam sebuah konsorsium yang disebut "Five Eyes".  

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, angkatan bersenjata Rusia sangat profesional dan menjalankan tugas di Ukraina dengan cukup sukses. Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan, Barat telah menyebarkan kebohongan tentang operasi militer khusus di Ukraina, sebagai upaya untuk menjatuhkan Moskow.

Amerika Serikat menilai, Rusia menderita tingkat kegagalan sebanyak 60 persen untuk beberapa rudal berpemandu presisi. Para pejabat Amerika Serikat mengatakan, Putin disesatkan oleh para penasihat yang terlalu takut untuk mengatakan betapa buruknya perang di Ukraina. Termasuk sanksi Barat yang dapat berdampak buruk pada ekonomi Rusia. Namun, Kremlin sejauh ini tidak memberikan tanggapan.

Sebelumnya Putin mengatakan, operasi militer khusus di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia. Menurut Putin, Moskow harus melawan penganiayaan atau genosida terhadap orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina. Sementara, Ukraina mengatakan, klaim genosida Putin adalah omong kosong.

Rusia mengatakan, Barat secara efektif telah mendeklarasikan perang ekonomi terhadap Rusia. Oleh karena itu, Rusia sekarang akan berbelok ke timur dan menjauh dari Eropa. Rusia akan membangun kemitraan dengan China.

"Tetapi ada risiko bagi mereka berdua (dan lebih banyak lagi untuk China) karena terlalu dekat. Rusia memahami bahwa dalam jangka panjang, China akan menjadi semakin kuat secara militer dan ekonomi. Beberapa kepentingan mereka berkonflik, Rusia dapat tersingkir," kata Fleming.

Baca juga : Syahganda Nainggolan: Agenda Anies-Puan untuk Penyelamatan Bangsa dan Demokrasi

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement