Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Ketika Menulis Menjadi Teman di Masa Pandemi

Gaya Hidup | Thursday, 31 Mar 2022, 04:51 WIB

Tentu saja, pandemi yang menimpa negeri ini telah berdampak pada berbagai sektor kehidupan yang ada. Semua mengalami perubahan dan hal itu tak bisa dipungkiri. Tetapi adanya kondisi ini mereka yang tetap konsisten di jalurnya, mereka takkan kehabisan akal untuk tetap berkreasi. Walaupun bisa jadi semua dalam beberapa bulan ini sempat goyang dengan keadaan, namun lambat laun seluruhnya ke kembali ke treknya hingga kesempatan menulis tetap ada dan semakin terbuka bagi mereka yang memilih profesi menulis.

Menulis menjadi teman setia saat pandemi berlangsung (FOTO : republika.co.id/ANTARA-Yusuf Nugroho)

Ketika anda himbauan untuk selalu di rumah saja, benar bagi sebagian orang mempersempit kesempatan untuk berkreasi dan mengais rezeki. Benar itu itu terasakan, akantetapi memiliki kemampuan menulis ternyata sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Menulis bukan saja menyampaikan ide-ide dan gagasan semata, tetapi menulis saat pandemi ternyata menjadi sebuah keasyikan tersendiri dan menjadi teman setia yang tak terlupakan. Hal itu semakin meyakinkan bahwa menulis memiliki peran tersendiri untuk menggugah semangat pembaca di dalam menghadapi wabah saat ini, menghibur mereka sekaligus memberi kesempatan agar mereka mampu memupuk kegiatan literasi di depan gawai atau laptop yang dimilikinya.

retizen.republika.co.id adalah website yang telah menjadi media agar para penulis tidak mati kreativitasnya. Saya harus mengakui hal itu karena semakin terpacu dan termotivasi menuliskan sesuatu yang mesti pembaca ketahui, sehingga catatan kecil sekalipun tetap masih dapat dibaca banyak orang. Terasa sekali memberi ruang kepada penulis untuk menyampaikan apa yang ada di benaknya dan apa yang telah dialaminya. Dengan demikian, setiap hari ada ruang bagi pembaca untuk menunggu tulisan apa yang akan tayang hari itu pada website ini. Bagi penulis ini menjadi ruang besar untuk terus berkreasi menuangkan ide dan gagasan untuk tulisannya yang menarik.

Begitu pada media-media sejenis, ternyata membuka ruang juga kepada para penulis luar untuk mengirimkan tulisannya dalam berbagai bidang bahasan. Hal ini tentu saja semakin memicu dan memacu kepada para penulis bisa membunuh kebosanan dan kejenuhan melalui aktivitas menulis. Dan hal itu tak bisa dipungkiri, karena setiap hari sangat memungkinkan banyak ide yang bisa ditangkap dan kemudian bisa dituliskan. Menulis memang memuaskan beragam hal, ada yang sekedar sebagai kepuasan batin bisa dimuat dan dibaca orang, ada honor pengganti lelah dari aktivitas menulis dan juga ada pengetahuan yang bisa disebarkan kepada pembaca. Tentunya hal ini pun mampu membuat eksistensi seorang penulis semakin dikenal publik.

Jujur saja, kendati secara ukuran rezeki memang menurun dan itu pasti dialami oleh siapapun saat pandemi. Namun kegiatan menulis yang dilakukan tak lantas menjadi mati bahkan membuat saya semakin terbuka untuk tetap eksis di jalur menulis. Bersyukur karena bisa menulis pula di buletin dakwah setiap Jumat, menulis di website berhonor dan gratis, menulis di buletin sekolah untuk promo sekolah yang bersangkutan menulis sinopsis untuk tayangan di televisi serta mampu menulis pula sekedar memberi support kepada siapapun di aplikasi whahttsapp. Sungguh semuanya sangat mengasyikkan ketika menjalani kegiatan tersebut dengan tulus dan tanpa beban walaupun terkadang mesti deg-degan pula ketika banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.

Ternyata menulis semakin memperkaya khazanah wawasan dan hati bagi mereka yang melakukannya. Di tengah himpitan ekonomi yang semakin nyata, ternyata penulis masih mampu meluangkan waktu untuk menuliskan apa yang dibenaknya dan itu menjadi bagian untuk berbagi dengan orang lain. Dengan menyebarkan hasil tulisan di berbagai media harus diakui maka penulis tersebut sedang berusaha mendongkrak ketertinggalan dunia literasi di negeri ini. Menyadari profesi menulis bukan sebagai profesi yang dipilih seseorang semata, melainkan merupakan bagian yang cukup vital di dalam mengembangkan wawasan serta pengetahuan bangsa ini. Celaka jika tak ada penulis karena bisa jadi tak ada sumber bacaan yang bisa dibaca bangsa ini. Ketika tak ada yang bacaan untuk rakyat maka bisa mungkin negeri kita akan tertinggal oleh negara-negara lain.

Profesi menulis adalah anugerah yang sangat luar bisa diberikan Tuhan kepada yang bersangkutan. Menulis diakui pula sebagai pekerjaan mulia karena berbagi pengetahuan ada di dalamnya, sehingga mereka yang tidak tahu menjadi tahu serta yang tak pernah membaca akan tertarik membaca jika tulisan yang dihadirkan di sidang pembaca sangat menarik. Memang, menjalani profesi ini bukanlah sebuah hal yang mudah untuk dilakukan. Akantetapi untuk saat ini kita pun menyadari banyak sekali penulis dengan latar belakang berbeda hadir di dunia penulisan dengan segala tujuannya masing-masing. Namun begitu hal ini mengisyaratkan ada peluang untuk memajukan bangs aini sendiri ke arah yang lebih baik.

Mungkin benar jika negeri ini ada ketrtinggalan dalam urusan literasi ini. Hanya saja dengan banyaknya para penulis yang hadir saat ini sedikit memberi ketenangan jika dunia lietrasi kita tak mundur-mudnur amat. Karenanya banyak penulis yang bermukim dari Sabang sampai Merauke menandakan jika sesungguhnya di negeri ini memiliki potensi besar untuk memajukan dunia literasi asalkan komponen yang ada di dalamnya bisa bahu membahu di dalam wajudkan semua itu dan juga ada dukungan dari Pemerintah itu sendiri.

Adanya pandemi ini jelas bagi seorang penulis adalah sebuah tantangan. Pandemi tak harus melunturkan semangat penulis untuk bisa menghasilkan beragam tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca. Dengan menulis tidak menguntungkan para pembaca saja, melainkan menguntungkan pula bagi penulisnya karena yang bersangkutan masih bisa berkreasi di tengah kesulitan yang ada serta yang paling penting walaupun ada pandemi ternyata aktivitas menulis itu tak pernah mati dan akan selalu dapat dilakukan oleh para penulis yang ada di ruang sunyi.

Saya bersyukur ditakdirkan menjadi penulis dengan segala romantikanya. Indahnya menggeluti dunia kepenulisan karena semakin hari semakin menambah wawasan serta yang terpenting setiap saat selalu diberi ruang berkreasi dalam kondisi apapun. Karenanya pandemi tak membuat para penulis harus terdiam, tetapi pandemi justeru membuat penulis semakin bersemangat untuk terus menulis. Saya berjanji untuk terus menulis selama hayat dikandung badan.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image