Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Aulia Iskandar Muda

Guru, Sebuah Agen Perubahan yang Abadi

Guru Menulis | Wednesday, 30 Mar 2022, 19:28 WIB

Sebelum beranjak mengenai pembahasan, saya ingin memberi sedikit saran dan kritik terkait dengan tema, yaitu Guru Masa Kini. Untuk Pengertian Guru akan kita bahas lebih lanjut di paragraf selanjutnya. Masa Kini atau Masa Sekarang adalah suatu Masa yang kita alami saat ini. Pertanyannya dimanakah batas dan letak masa kini itu? Pertanyaan ini sendiri akan menjadi pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab. Masa atau Waktu itu sendiri hanya kita bisa rasakan kehadirannya seperti angin, namun tidak bisa kita pastikan dimana dan berwujud seperti apa? Untuk itulah kita menjadikan jam sebagai penghitung waktu itu sendiri supaya kita dapat memastikan "kehadiran" waktu tersebut. Untuk jaman dahulu bisa kita lihat penggunaan bermacam alat seperti bayangan kayu yang dipantulkan Matahari atau melalui jam pasir yang biasa digunakan oleh pelaut dan petualang.

Dari sini kita bisa memastikan "masa kini" sebenarnya sama-sama tidak jelas dengan masa lalu dan masa depan. Masa kini adalah cerminan dari masa lalu, masa depan adalah proyeksi dari masa kini. Oleh karena itu, mengkotak-kotakkan masa lalu, masa kini dan masa depan adalah mustahil, meski kelihatannya bisa. Agak aneh melihat beberapa pendapat yang menyatakan bahwa "tidak penting masa lalu, masa depan lebih penting".

Menurut Daliman dalam bukunya yang berjudul "Manusia dan Sejarah", Sekarang merupakan batas antara masa lampau dan masa depan. Ketiga dimensi waktu menyatu dalam sekarang. Seluruh masa lampau mengendap dalam masa sekarang. Ia memberi isi, menjadi modal, memotivasi kegiatan-kegiatan di saat sekarang dalam mengarah ke masa depan. Untuk masa depan agar terwujud, apa yang dilakukan di masa sekarang saat ini harus realistis dan konsisten. Sebab suatu yang sama sekali baru adalah mustahil.

Oleh karena itu, masa lalu, kini dan depan merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan kesesuaian tema dan judul pula, Guru merupakan Agen Perubahan yang melampaui masa dan waktu secara terus menerus takkan pernah mati. Karena Guru baik itu manusia itu sendiri atau merupakan apa yang disebut saat ini "Artifical Intelligence" pada dasarnya titik pusatnya sama yaitu manusia. Dan pada dasarnya yang menyadari ketiga dimensi waktu tersebut hanyalah manusia.

Pengertian Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang profesinya adalah mengajar. Menurut saya ini masih kurang, selain mengajar guru harus juga mendidik orang yang diajarnya agar dapat berkelakuan dengan baik. Karena menurut Bapak Pendidikan Nasional yaitu, Ki Hadjar Dewantara, yang terkenal dengan semboyannya, yaitu "Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tutwuri handayani" yang berarti: Kalau pendidik berada di muka, dia memberi teladan kepada peserta didik; Kalau berada di tengah, membangun semangat, berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik; Kalau berada di belakang, pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. Berarti kita bisa melihat kaitan erat antara guru dengan peserta didik yang diajarnya. Peserta didik sendiri merupakan suatu hal dalam proses sistem pendidikan.

Pendidikan sendiri menurut UU No. 20 tahun 2003, mempunyai tujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Ngalim Purwanto, Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Jadi Pendidikan bisa disimpulkan adalah pewarisan suatu kebudayaan dari generasi A ke generasi B melalui perantara yaitu orang tua di rumah dan guru di sekolah. Tidak heran ada istilah yang mengatakan, bahwa guru adalah orang tua kedua di sekolah.

Saya teringat perkataan Bapak saya, yang saya rasa bisa dikaitkan dengan fungsi guru juga seperti yang diungkapkan istilah diatas. Perkataannya adalah seperti ini: Anak itu seperti botol kosong, bisa diisi apa saja. Botol tersebut bisa diisi misalkan sirup, susu, air putih, minuman keras, dsb. Jika anak diisi dengan minuman keras, maka nantinya si anak akan kehilangan akal, kesulitan menempuh jalan hidupnya. Jika diisi dengan sirup, maka si anak akan dikenalkan dengan yang manis-manis saja, alias si anak tidak akan merasakan kehidupan "sebenarnya" nantinya yang tidak selalu manis-manis saja. Menurut beliau yang terbaik, botol kosong itu diisi susu dan air putih, dimana dua hal ini merupakan zat yang terbaik untuk membantu perkembangan anak, tidak terlalu manis dan tidak terlalu keras seperti minuman keras. Insya Allah kedepannya, si anak menjadi masa depan yang dibanggakan Agama dan Negara.

John Locke sendiri yaitu filsuf asal Inggris pada abad 17 akhir dan abad 18 awal, menyatakan hal yang mirip yaitu, manusia pada dasarnya ketika lahir putih bersih seperti kertas putih (tabula rasa), tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung dari pendidikan dan atau lingkungannya. Dalam artian, bahwa manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun sebaliknya), menurut kehendak lingkungannya atau pendidiknya. Pendidik memeganng peranan yang sangat penting bagi si anak sebagai pengalaman-pengalaman. Dari sini jelas bisa dilihat, konsep guru sebagai agen perubahan bagi suatu anak.

Berbicara guru tentu saja harus membahas perkembangan dari lembaga dan asal usul guru tersebut. Pada jaman dahulu, guru merupakan seorang yang cukup dihormati seperti pemuka agama atau pemuka masyarakat. Tempat sekolahnya berada di alam bebas saja. Seiring dengan perkembangan zaman, guru mulai mengajar di dalam gedung keagamaan misalkan, guru Agama Islam atau Ustad yang mengajar di surau, langgar, musolla atau mesjid.

Ketika zaman kolonial, konsep guru mulai diadaptasikan dengan pendidikan ala Eropa. Belanda sebagai penjajah Indonesia saat itu, berinisiatif mendirikan sekolah khusus Guru untuk mengisi kekurangan guru untuk sekolah-sekolah modern yaitu, Kweekschool. Sekolah ini pertama kali didirikan oleh pihak swasta di Ambon pada tahun 1834, sedangkan pemerintah kolonial sendiri baru membangun pada tahun 1852 di kota Solo.

Memasuki masa kemerdekaan, untuk mengurangi permintaan kekurangan guru yang ada akibat masa yang disebut Revolusi Fisik, didirikanlah Sekolah Guru Bawah dan Sekolah Guru A yang masing-masing memilik jenjang selama 4 tahun dan 6 tahun. Menurut data yang ada pada tahun 1950, kekurangan guru sekitar 20.816, bahkan jika digabung dengan Sekolah Rakyat sekitar 168.000 guru. Pemerintah Indonesia dari waktu ke waktu terus menambah dan mengembangkan pelatihan sekolah untuk guru-guru berbagai jenjang.

Lalu bagaimana dengan kondisi guru pada masa kini? Dengan adanya era Revolusi 4.0 tentu saja menghadirkan perubahan yang signifikan seperti munculnya "Artificial Intelligence" atau Kecerdasan Buatan yang menjadikan guru tergantikan oleh semacam robot teknologi yang bisa menjawab hampir segala permasalahan yang ada. Diperkirakan mungkin profesi guru tidak akan terpakai lagi.

Saya menjawab ini dengan suatu kekuatiran yang memang harus diwaspadai, namun sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Mengapa demikian, karena sebenarnya teknologi apapun bentuknya secara harafiah merupakan alat yang memudahkan manusia, bukan untuk menggantikan manusia itu sendiri! Profesi guru akan tetap selalu ada. Bahkan Kecerdasan Buatan sendiri tetap perlu seorang manusia untuk mengontrolnya.

Tantangan guru sendiri yang lain ialah pemerintah sendiri yang selalu mengubah-ubah kurikulum yang ada sehingga membingungkan guru-guru bahkan mungkin menyulitkan guru untuk beradaptasi dengan keadaan yang ada. Kita bisa lihat bahkan pemerintah memegang monopoli dalam hal pendidkan sehingga terlihat mendikte pendidikan yang ada. Sehingga ada kecurigaan bahwa pendidikan sebenarnya bukan untuk mencerdaskan, namun untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik murah semata.

Kesimpulan dan Pertanyaan yang terakhir, Apakah Guru akan selalu bertahan melalui waktu? Saya rasa tentu saja. Tentu saja dalam judul saya ini, saya mengibaratkan Guru sebagai sebuah benda, bukan sebagai orang saja. Karena coba kita berpikir lebih jauh, bukankah kadang kita belajar dari sekeliling kita tanpa kita sadari mengubah juga pola pikir dan kelakuan kita di masa mendatang. Bukankah ada pepatah bahwa "pengalaman adalah guru yang terbaik"? Tentu saja pengalaman itu bukanlah "sesosok manusia" sama seperti konsep waktu tadi yang dijelaskan diawal, hanya bisa dirasakan.

Daftar Pustaka:

Daliman, Manusia dan Sejarah

Kamus Sejarah Lengkap, Danto Pamungkas

Sejarah Pendidikan, Ketut Sedana Arta

KBBI Online

Sumber Gambar:

http://www.gbiawn.org/baca-motivasi/94/botol+kosong

https://www.suara.com/tekno/2020/04/23/123319/empat-orang-ini-mengaku-penjelajah-waktu

#GuruMasaKini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image