Rabu 30 Mar 2022 08:01 WIB

Inggris Janjikan Bantuan Tambahan untuk Afghanistan 374 Juta Dolar AS

Tambahan bantuan diberikan untuk menyediakan makanan, tempat tinggal, dan medis.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Pekerja Afghanistan menyiapkan persediaan makanan selama kampanye bantuan kemanusiaan untuk keluarga miskin, di Kabul, Afghanistan, Rabu, 16 Februari 2022.
Foto: AP/Hussein Malla
Pekerja Afghanistan menyiapkan persediaan makanan selama kampanye bantuan kemanusiaan untuk keluarga miskin, di Kabul, Afghanistan, Rabu, 16 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris pada Rabu (30/32022) menjanjikan tambahan anggaran sebesar 286 juta pound atau 374 juta dolar AS untuk bantuan makanan, dan bantuan lainnya di Afghanistan. Tambahan anggaran itu diberikan di tengah keputusan kepemimpinan Taliban yang melarang anak perempuan kembali ke sekolah menengah.

"Inggris menggalang negara-negara untuk mendukung rakyat Afghanistan dan membantu memimpin jalan dalam menyediakan makanan, tempat tinggal, dan pasokan medis yang menopang kehidupan. Bersama dengan sekutu dan mitra, kami akan berbuat lebih banyak untuk membantu Afghanistan," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss. 

Baca Juga

Truss mengatakan, dana langsung disalurkan ke lembaga bantuan yang melaksanakan proyek di lapangan. Dana bantuan itu tidak akan disalurkan melalui otoritas de facto, Taliban yang mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus tahun lalu. 

Menurut PBB, sekitar 23 juta orang Afghanistan mengalami kelaparan akut dan 95 persen orang Afghanistan tidak cukup makan. Sementara 10 juta anak-anak Afghanistan sangat membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup.

Sebelumnya Taliban pada Rabu (23/3/2022) membatalkan pembukaan sekolah menengah untuk anak perempuan. Taliban mengatakan, sekolah untuk anak perempuan akan tetap ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Guru dan siswa dari tiga sekolah menengah di sekitar ibu kota Kabul mengatakan, para pelajar perempuan telah kembali ke sekolah dengan gembira pada Rabu pagi. Tetapi mereka diperintahkan untuk pulang. Sebagaian besar siswi menangis saat diminta kembali ke rumah.

"Kami semua kecewa dan kami semua benar-benar putus asa ketika kepala sekolah memberi tahu kami, dia juga menangis," kata seorang siswi, yang tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Ketika memerintah Afghanistan pada periode 1996-2001, Taliban melarang perempuan mengakses pendidikan dan pekerjaan. Komunitas internasional telah menjadikan pendidikan anak perempuan sebagai tuntutan utama untuk pengakuan masa depan kepemimpinan Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada Agustus tahun lalu.

Pekan lalu, Kementerian Pendidikan Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban mengumumkan bahwa, sekolah untuk semua siswa, termasuk anak perempuan akan dibuka di seluruh negeri pada Rabu. Sejak Taliban berkuasa, anak perempuan usia sekolah menengah dilarang kembali ke kelas.

Pada Selasa (22/3/2022) malam, juru bicara Kementerian Pendidikan merilis video ucapan selamat kepada semua siswa atas kembalinya mereka ke kelas. Namun pada Rabu, Kementerian Pendidikan mengatakan, sekolah untuk anak perempuan akan ditutup sampai ada rencana yang disusun sesuai dengan hukum Islam dan budaya Afghanistan.

"Kami memberi tahu semua sekolah menengah perempuan dan sekolah-sekolah yang memiliki siswa perempuan di atas kelas enam bahwa, mereka libur sampai pemberitahuan berikutnya," kata pernyataan Kementerian Pendidikan.

Tetapi para pemimpin Taliban mengatakan, semua anak perempuan akan diizinkan kembali ke ruang kelas pada akhir Maret. Pembatalan itu adalah tanda nyata pertama gerakan Taliban tentang hak asasi manusia dan inklusivitas. Langkah Taliban ini dapat berdampak pada kesediaan masyarakat internasional untuk membantu Afghanistan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement