Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Pendidikan Model IPO

Guru Menulis | Monday, 28 Mar 2022, 23:22 WIB

(bagian 4 dari " Mendamba Pendidikan Mendamba Kemajuan Bangsa)

sumberfoto:Dokumen Pribadi

Paradigma pendidikan model IPO (lnput-Proses-Output), memandang sekolah sebagai proses produksi. Masing-masing warga sekolah punya peran tersendiri. Siswa dianggap sebagai raw-input dalam suatu pabrik. Guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input.

Logika yang disampaikan, apabila raw-input dan instrumental input bagus, maka akan menghasilkan proses yang bagus pula. Dengan demikian, akan baik pula produk yang dihasilkan. Kelemahan dari asumsi ini, adalah dunia pendidikan diperlakukan sebagai sistem yang bersifat mekanik.

Perbaikannya dapat bersifat pilih pilah. Bagian yang dianggap tidak bagus itulah yang akan diperbaiki. Sudah barang tentu asumsi tersebut jauh dari realitas dan salah. Bagaimana implikasinya?

Sistem dan praktik pendidikan yang mendasarkan pada paradigma pendidikan yang keliru cenderung tidak akan sesuai dengan realitas. Paradigma pendidikan tersebut, tidak pernah melihat pendidikan sebagai suatu proses yang utuh dan bersifat organik yang merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat secara totalitas.

Selain itu, para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan sebagai penggerak dan loko pembangunan (engine of growth). Sebagai penggerak pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan inti kekuatan pembangunan yakni invention dan innovation. Strategi yang ditempuh, pendidikan seyogyanya diorganisir dalam suatu lembaga pendidikan formal sistem persekolahan.

Ini berarti terpisah dan menempati teratas dari bidang-bidang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus menjadi acuan dan penentu perkembangan bidang yang lain. Dalam lembaga pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan diuji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan, dan tenaga kerja dengan berbagai jenis kemampuan akan dilatih.

Berbagai problem pendidikan yang muncul tersebut bersumber pada kelemahan pendidikan nasional sistem persekolahan yang sangat mendasar, sehingga tidak mungkin disempurnakan hanya lewat pembaharuan yang bersifat tambal sulam. Reformasi di bidang pendidikan nasional sistem persekolahan kita secara mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas paradigma peran pendidikan dalam pembangunan.

Hal yang belum banyak disadari masyarakat adalah sistem persekolahan kita pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang lebih berorientasi pada kemampuan IQ semata. Indikator yang dapat digunakan antara lain: bobot mata pelajaran yang diarahkan kepada pengembangan dimensi akademik siswa. Jadi, mereka lebih disiapkan memasuki ke perguruan tinggi atau hanya untuk para siswa yang memiliki potensi akademik baik.

Padahal, sebagaimana di Amerika Serikat yang mendamba melalui pendidikan dapat mengangkat derajatnya baik bagi negara maupun gengsi di mancanegara atau dunia internasional, akhirnya mengambil hikmah lain. Amerika sukses mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Selain itu, kualitas perguruan-perguruan tinggi Amerika menjadi terunggul di dunia. Sukses dua hal itu ternyata tidak signifikan dengan penyiapan masyarakat terdidiknya dalam menghadapi persaingan global.

(Bersambung)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image