Seperti Apa Puasa Level Tertinggi?

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil

Senin 28 Mar 2022 21:36 WIB

Seperti Apa Puasa Level Tertinggi?. Foto:  Ilustrasi Berpuasa Foto: Pixabay Seperti Apa Puasa Level Tertinggi?. Foto: Ilustrasi Berpuasa

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah akan datang dalam beberapa hari mendatang. Pada bulan ini, kaum muslim berpuasa selama sebulan penuh. Namun bagaimana cara meraih puasa hingga level tertinggi?

Pimpinan Pesantren Al Furqon Al Islami Gresik, Ustadz Abu Ubaidah Yusuf mengatakan, puasa bagi kebanyakan orang tak lebih dari sekedar menahan diri dari makan dan minum semata. Inilah puasa orang level awam. 

Baca Juga

"Namun bagi orang yang level tinggi, puasa yang sesungguhnya lebih dari itu, yaitu menahan seluruh anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan," ujar Ustadz Abu Ubaidah belum lama ini.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: "Bukanlah puasa itu dari makan dan minum,  tetapi puasa sesungguhnya adalah menahan diri dari ucapan kotor dan sia-sia".

قَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ : إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ ، وَبَصَرُكَ ، وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاءً

Sahabat Jabir bin Abdillah berkata: "Jika engkau berpuasa,  maka berpuasalah pendengaranmu dan pandanganmu serta lisanmu dari dusta dan dosa. 

Janganlah menyakiti pembantu. Hendaknya dirimu tenang dan berwibawa saat puasa. Dan jangan jadikan hari puasamu dan hari tidak puasamu sama saja".  

Ustadz Abu Ubaidah menjelaskan, Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: "Orang berpuasa yang sebenarnya adalah seorang yang menahan anggota badannya dari segala dosa, lidahnya dari dusta, perutnya dari makanan dan minuman, farjinya dari jima.  Kalau dia berbicara, dia tidak mengeluarkan kata yang menodai puasanya. Kalau dia berbuat, dia tidak melakukan hal yang dapat merusak puasanya, sehingga ucapannya yang keluar adalah bermanfaat dan baik. 

Demikian pula amal perbuatannya, dia ibarat wewangian yang dicium baunya oleh kawan duduknya. Seperti itu juga orang yang berpuasa, kawan duduknya mengambil manfaat dan merasa aman dari kedustaan, kemaksiatan dan kedzalimannya. Inilah hakekat puasa sebenarnya, bukan hanya sekedar menahan diri dari makanan dan minuman".