Sabtu 26 Mar 2022 11:59 WIB

STEI SEBI Gelar Kajian Riset Akuntansi Syariah

Riset akuntansi syariah bisa dilakukan secara kualitatif dengan paradigma interpretif

STEI SEBI Depok  menggelar kajian riset akuntansi syariah dengan mengundang narasumber  Dr Nyata Nugraha, SE  Msi  Akt  CA,  Jumat (25/3).
Foto: Dok STEI SEBI
STEI SEBI Depok menggelar kajian riset akuntansi syariah dengan mengundang narasumber Dr Nyata Nugraha, SE Msi Akt CA, Jumat (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- STEI SEBI Depok  menggelar kajian riset akuntansi syariah dengan tema “Riset akuntansi syariah dengan pendekatan fenomenologi” pada Jumat (25/3). Kegiatan ini diisi oleh Dr Nyata Nugraha, SE  Msi  Akt  CA dari Politeknik Negeri Semarang (Polines) dan dimoderatori oleh Dr Nursanita Nasution  SE  Ak ME sebagai dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Akuntansi Syariah dan Sharia Accounting Family (SHAF), Himpunan Mahasiswa Akuntansi Syariah  STEI SEBI. Kegiatan dilakukan secara daring melalui media Zoom dan dihadiri oleh 76 peserta dari berbagai perguruan tinggi. Turut hadir Prof  Tjiptohadi Sawarjuwono  Drs Mec  PhD Ak  (Guru Besar Akuntansi Universitas Airlangga Surabaya) yang juga ikut memberikan komentar mengenai pentingnya riset akuntansi syariah.

Kegiatan ini dibuka oleh Dr  Sepky Mardian  SEI  MM  SAS selaku ketua Program Studi. Dalam sambutannya, ia menggarisbawahi pentingnya berbagai pendekatan dalam melakukan riset/kajian di bidang akuntansi syariah, baik pendekatan kuantitatif (mainstream), maupun kualitatif (nonmainstream) seperti pendekatan fenomenologi dengan paradigma interpretif yang akan dijelaskan oleh narasumber.

Saat ini, sejumlah mahasiswa tugas akhir di STEI SEBI, juga telah mulai menggunakan pendekatan fenomenologi. “Kami berharap acara ini dapat menambah  wawasan dan motivasi, baik bagi dosen maupun mahasiswa, untuk memperkaya riset akuntansi syariah,” ujar Dr Sepky Mardian dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Dr  Nyata mengawali materi dengan penjelasan atheism dan atheism dalam konteks keilmuan. Menurutnya, ilmu ekonomi, termasuk akuntansi, saat ini telah memisahkan Tuhan sebagai sumber ilmu pengetahuan, ilmu akuntansi akhirnya menjadi sekuler. Padahal dalam Islam, Tauhid adalah ajaran penting dalam Islam. “ Tauhid (mengesakan Allah) merupakan prinsip dasar ajaran Islam yang harus dijabarkan dalam berbagai aspek kehidupannya, baik sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya maupun agama. Visi tauhid harus secara nyata terintegrasi dalam wawasan ekonomi,” jelas Dr  Nyata.

Lebih lanjut, Dr Nyata juga menjelaskan bahwa ilmu akuntansi/ekonomi masuk dalam kelompok ilmu sosial. Oleh karena itu, pendekatan riset akuntansi, termasuk akuntansi syariah, dapat dilakukan melalui pendekatan ilmu sosial, yang lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Dalam e ini, terdapat empat  paradigma penelitian menurut Burrell & Morgan (1979), yiatu fungsionalis, interpretif, radikal humanis, dan radikal strukturalis.

Menurut Dr Nyata, riset akuntansi syariah bisa dilakukan secara kualitatif dengan paradigma interpretif seperti metode fenomenologi. “Mengapa riset akuntansi syariah bisa menggunakan pendekatan fenomenologi?  Karena 1) ada fenomena, contoh laporan keuangan syariah kurang syariah dan 2) pihak yang diteliti adalah “pelaku”, atau pihak yang mengalami fenomena. Oleh karena itu, pendalaman terkait syariah akan sulit dilakukan jika diteliti dengan penelitian kuantitatif yang menghasilkan data dalam bentuk angka-angka,” ujar Dr. Nyata.

Acara diskusi berlangsung dalam dua jam lebih. Pada sesi akhir diskusi terdapat banyak pertanyaan dari peserta yang disampaikan secara langsung atau melalui pesan teks di Zoom. Terakhir Dr  Nyata menyampaikan bahwa fenomenologi ini hanya salah satu metode penelitian kualitatif dalam paradigma interpretif.

“Masih banyak metode lain seperti studi kasus, riset naratif, gounded theory, dan etnografi yang dapat digunakan dalam riset akuntansi syariah. Semoga ke depan, akan lebih banyak metode kualitatif dalam riset akuntansi syariah,”  paparnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement