Sabtu 26 Mar 2022 00:25 WIB

Perubahan Iklim Ubah Musim Bertelur Burung Jadi Lebih Cepat

Burung bertelur sekitar 25 hari lebih awal daripada seabad yang lalu

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Wisdom, burung tertua dunia sedang mengerami telurnya.
Foto: Photo: USFWS Photo / Alamy
Wisdom, burung tertua dunia sedang mengerami telurnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perubahan iklim membuat burung bertelur lebih awal. Kondisi ikilm yang sudah berbeda memacu musim semi lebih awal di sebagian besar Amerika Utara, sehingga burung bertelur di awal tahun.

Dari 72 spesies burung yang diperiksa di sekitar Chicago, kira-kira sepertiga burung itu bertelur sekitar 25 hari lebih awal daripada yang mereka lakukan seabad yang lalu. Hasil tersebut diterbitkan dalam Journal of Animal Ecology pada Jumat (25/3).

Beberapa jenis burung yang terkena dampak termasuk merpati Karolina, alap-alap Amerika, dan elang Cooper. Para ilmuwan sejauh ini belum menemukan ciri yang jelas yang dimiliki oleh spesies itu, seperti ukuran atau status migrasi, yang mungkin menjelaskan mengapa mereka mengubah jadwal bertelur.

"Mayoritas burung yang kami amati memakan serangga, dan perilaku musiman serangga juga dipengaruhi oleh iklim," kata penulis utama dan kurator divisi burung di Field Museum di Chicago John Bates.

Bates menyatakan pernyataan tentang siklus hidup hewan dan tumbuhan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan gangguan musiman adalah pertanyaan besar di pikiran orang-orang. Hanya beberapa derajat suhu dari rata-rata jangka panjang dapat berdampak besar pada saat serangga muncul, saat pohon bertunas, saat bunga mekar dan, menurut penelitian baru ini menunjukkan, saat telur menetas.

Para ilmuwan percaya perubahan itu bisa menjadi salah satu dari banyak alasan penurunan tajam populasi burung sejak 1970-an. Menurut sebuah studi pada 2019 di jurnal Science, Amerika Serikat dan Kanada kehilangan sekitar sepertiga burung atau sekitar tiga miliar burung.

Bates dan rekan-rekannya mempelajari lebih dari 1.500 catatan cangkang telur yang disimpan di Field Museum, banyak yang berasal dari periode antara  1872 hingga 1920 ketika mengumpulkan telur adalah hobi yang populer. Penggemar  era Victoria ini meninggalkan label tulisan tangan yang mendetail yang mencantumkan informasi seperti spesies burung dan tanggal pengumpulan.

Para ilmuwan kemudian membandingkan catatan tersebut dengan lebih dari 3.000 catatan modern. Perbandingan ini bersama dengan data yang menggambarkan tingkat karbon dioksida pada tanggal bersarang sepanjang waktu dalam proses analisis.

Temuan tersebut menunjukkan hasil serupa dari penelitian yang dilakukan dalam beberapa dekade terakhir di Inggris. Hasil itu juga menemukan bahwa musim bertelur terjadi lebih awal bersama dengan perubahan yang dilaporkan pada musim tanam.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement