Gus Shofi: Awal Ramadhan Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah Bisa Beda

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ani Nursalikah

Jumat 25 Mar 2022 19:44 WIB

Ilustrasi. Seorang petugas rukyat meneropong posisi hilal (bulan) guna menentukan awal bulan Ramadhan. Gus Shofi: Awal Ramadhan Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah Bisa Beda Foto: Antara/Ahmad Subaidi Ilustrasi. Seorang petugas rukyat meneropong posisi hilal (bulan) guna menentukan awal bulan Ramadhan. Gus Shofi: Awal Ramadhan Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah Bisa Beda

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah bakal menggelar Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriyah pada Jumat (1/4/2022). Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur KH Shofiullah atau Gus Shofi mengatakan penentuan awal Ramadhan 2022 amat krusial dan seru.

Satu sisi, kata dia, Muhammadiyah sudah mengeluarkan keputusan awal Ramadhan jatuh pada Sabtu (2/4/2022), berdasarkan metode hisab wujudul hilal. Di sisi lain, NU baru akan memutuskan awal Ramadhan 1443 Hijriyah berdasarkan hasil pemantauan hilal atau rukyatul hilal yang dilaksanakan pada 1 April 2022.

Baca Juga

“Di Jawa Timur sendiri tim kami dari Lembaga Falakiyah NU akan melakukan pemantauan hilal di 27 titik,” katanya, dikonfirmasi Jumat (25/3/2022).

Gus Shofi melanjutkan, jika pada saat pemantauan dilakukan ada tim yang melihat hilal, maka awal Ramadhan 1443 Hijriyah jatuh pada 2 April 2022. Namun, apabila tidak terlihat, maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari (istikmal) dan awal Ramadhan diputuskan jatuh pada Ahad (3/4/2022).

Masalahnya, terdapat perbedaan kriteria yang diberlakukan oleh pemerintah dengan NU terkait batasan ketinggian hilal. NU memegang syarat ketinggian anak bulan atau hilal saat dipantau minimal dua derajat. Sementara pemerintah tahun ini memegang pendapat ketinggian hilal saat dipantau minimal tiga derajat dan elongasi minimal 6,4.

Faktanya, kata Gus Shofi, secara astronomi, pada 1 April nanti ketinggian hilal diperkirakan tidak sampai tiga derajat  dan hanya dua derajat lebih sedikit. Artinya, jika pun kemudian salah satu atau lebih tim LFNU di seluruh Indonesia melihat hilal, bisa jadi pemerintah tidak akan mempertimbangkan itu dan tetap memutuskan awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022.

"Alasannya itu tadi, minimal ketinggian hilal yang dipegang pemerintah yaitu tiga derajat dan minimal elongasi 6,4," kata dia.

Bila itu yang terjadi, maka keputusan sidang isbat soal awal Ramadhan yang diputuskan pemerintah sangat mungkin akan berbeda dengan NU, maupun Muhammadiyah. “Ini nanti seru. Nanti masyarakat akan ditawari dua pilihan, awal Ramadhan Sabtu dan Minggu,” kata Gus Shofi.