Rabu 23 Mar 2022 14:28 WIB

Target Dividen BUMN 2022-2023 Dinilai Moderat, Restrukturisasi Amat Terlihat

Pengamat menilai target moderat karena butuh waktu pemulihan pascapandemi Covid-19

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Erick Thohir memimpin langsung penanaman pohon yang dilakukan secara serentak di tujuh titik yang berpusat di Gedung Kementerian BUMN di Jakarta, Ahad (28/11). Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengatakan pemulihan kinerja BUMN akan memerlukan waktu, setidaknya untuk kembali mencapai kondisi saat sebelum pandemi.  Toto mengatakan target dividen 2022 yang sebesar Rp 36 triliun dan dividen 2023 sebesar Rp 43 triliun merupakan target yang moderat mengingat sebelum pandemi di laporan keuangan 2019 keuntungan atau profit seluruh BUMN sudah mencapai sekitar Rp 150 triliun.
Foto: Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir memimpin langsung penanaman pohon yang dilakukan secara serentak di tujuh titik yang berpusat di Gedung Kementerian BUMN di Jakarta, Ahad (28/11). Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengatakan pemulihan kinerja BUMN akan memerlukan waktu, setidaknya untuk kembali mencapai kondisi saat sebelum pandemi. Toto mengatakan target dividen 2022 yang sebesar Rp 36 triliun dan dividen 2023 sebesar Rp 43 triliun merupakan target yang moderat mengingat sebelum pandemi di laporan keuangan 2019 keuntungan atau profit seluruh BUMN sudah mencapai sekitar Rp 150 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengatakan pemulihan kinerja BUMN akan memerlukan waktu, setidaknya untuk kembali mencapai kondisi saat sebelum pandemi. 

Toto mengatakan target dividen 2022 yang sebesar Rp 36 triliun dan dividen 2023 sebesar Rp 43 triliun merupakan target yang moderat mengingat sebelum pandemi di laporan keuangan 2019 keuntungan atau profit seluruh BUMN sudah mencapai sekitar Rp 150 triliun.

"Kenaikan secara gradual profit di 2022 ke 2023 menunjukkan dampak besar covid-19 kepada kinerja BUMN," ujar Toto saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (22/3). 

Toto menyebut sejumlah BUMN, termasuk yang biasanya masuk kategori blue chips BUMN seperti PT Angkasa Pura I dan II serta KAI mulai mengalami kinerja yang merugi akibat pandemi. Pun dengan BUMN sektor konstruksi. 

"Upaya restrukturisasi BUMN  di 2020 mulai dilaksanakan, tapi butuh waktu untuk pulih sepenuhnya. Jadi target profit 2022 dan 2023 relatif moderat karena butuh waktu buat pemulihan," ucap Toto.

Toto menyampaikan penyertaan modal negara (PMN) masih dibutuhkan saat BUMN mendapat proyek penugasan dari  pemerintah atau BUMN butuh modal capital expenditure (capex) besar untuk ekspansi usaha. Meski begitu, ucap Toto, rencana Kementerian BUMN bahwa BUMN tak lagi menggunakan PMN pada 2024 bisa saja terjadi asalnya efek value creation dari pembentukan holding company bisa optimal.

"Kebutuhan capex bisa ditutupi dari kemampuaan holding mengkonsolidasikan kekuatan internal dan eksternal yang mereka miliki," lanjutnya.

Toto mengambil contoh group holding Pupuk Indonesia yang melakukan strategy cash pooling dari semua anak perusahaan. Dengan begitu, kebutuhan capex anak perusahaan bisa tercukupi dari internal equity anak perusahaan atau pinjaman dari induk dengan beban suku bunga yang lebih kompetitif.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement