Rabu 23 Mar 2022 13:39 WIB

AS-Filipina akan Gelar Latihan Militer Gabungan Terbesar dalam 3 Dekade

Latihan gabungan akan digelar pada 28 Maret hingga 1 April.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Laut China Selatan. Filipina dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar latihan militer gabungan terbesar dalam kurun tiga dekade terakhir.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Laut China Selatan. Filipina dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar latihan militer gabungan terbesar dalam kurun tiga dekade terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar latihan militer gabungan terbesar dalam kurun tiga dekade terakhir. Kegiatan itu dilaksanakan saat ketegangan dengan China terkait sengketa Laut China Selatan masih berlangsung.

Menurut keterangan Kedutaan Besar AS di Manila, latihan gabungan akan digelar pada 28 Maret hingga 1 April mendatang. Sekitar 5.100 tentara AS dan 3.800 tentara Filipina bakal terlibat dalam latihan keamanan maritime, kontraterorisme, dan bantuan bencana. “Aliansi kami tetap menjadi sumber utama kekuatan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik,” kata komandan jenderal Divisi Marinir ke-3 AS, Mayor Jenderal Jay Bargeron, dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Bloomberg, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga

Latihan gabungan AS-Filipina digelar ketika para pejebat China memperingatkan bahwa AS sedang mencoba membangun apa yang disebutnya sebagai NATO versi Indo-Pasifik. Atas dasar itu, Beijing menggemakan pembenaran Rusia menyerang Ukraina.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte sempat mengancam akan membatalkan aliansi dengan AS ketika dia mulai meningkatkan hubungan dengan China. Duterte bahkan mengakhiri 1998 Visiting Forces Agreement yang mengatur persyaratan untuk latihan militer bersama dan keterlibatan pasukan AS di Filipina. Namun Duterte memulihkan kesepakatn itu tahun lalu.

Latihan militer tahun ini juga menandai kembalinya latihan skala penuh yang sempat terganggu oleh pandemi Covid-19. Kurang dari 1.000 tentara dari AS dan Filipina mengikuti pelatihan tahun lalu.

Filipina telah berulang kali memprotes kehadiran China yang meningkat di Laut China Selatan dan perairan di sekitarnya. Beijing diketahui mengklaim hampir seluruh wilayah perairan strategis tersebut sebagai bagian dari teritorialnya. Klaim tersebut tak hanya ditentang sejumlah negara Asia Tenggara, tapi juga AS.

Pada November tahun lalu, Filipina sempat terlibat ketegangan dengan China di Laut China Selatan. Kala itu, dua kapal pemasok makanan untuk tentara Filipina, ditembak menggunakan meriam air oleh tiga kapal penjaga pantai Cina di wilayah Ren’ai Jiao di Laut China Selatan. Filipina menyebut wilayah itu dengan nama Kulumpol ng Ayungin, yang merupakan atol di Kepulauan Spartly di Laut China Selatan.

Menurut Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr, tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Namun dua kapal pemasok makanan untuk tentara negaranya itu akhirnya membatalkan misinya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyebut, penembakan terhadap dua kapal Filipina itu sudah tepat. “Dua kapal Filipina melewati perairan dekat Ren’ai Jiao di wilayah China tanpa izin, lalu kapal penjaga pantai China menjalankan tugasnya sesuai dengan hukum untuk menjaga kedaulatan China serta tata tertib di lautan,” ujarnya pada 18 November tahun lalu

Dia mengklaim situasi di dekat Ren’ai Jiao tetap damai. “China dan Filipina sedang menegosiasikan masalah tersebut,” kata Zhao.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement