Selasa 22 Mar 2022 17:57 WIB

Investor Asing Buru Saham Blue Chip, IHSG Ditutup Naik ke Level 7.000

Investor asing membukukan pembelian bersih mencapai Rp 722,33 miliar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan hari ini, Selasa (22/3/2022), konsisten bergerak di zona hijau.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan hari ini, Selasa (22/3/2022), konsisten bergerak di zona hijau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan hari ini, Selasa (22/3/2022), konsisten bergerak di zona hijau. IHSG ditutup menguat sebesar 0,66 persen atau meningkat 45 poin ke level 7.000,82. Sementara indeks LQ45 naik lebih tinggi sebesar 0,80 persen. 

Investor asing membukukan pembelian bersih mencapai Rp 722,33 miliar. Saham-saham blue chip kembali menjadi incaran asing seperti BBRI dengan pembelian sebesar Rp 346 miliar, TLKM mencapai Rp 187 miliar, ASII sebesar Rp 62,3 miliar dan EMTK sebesar Rp 53,5 miliar.

Baca Juga

Kenaikan IHSG ditopang oleh sektor basic materials, energy, technology, properties & real estate, consumer non cyclicals, consumer cyclicals, healthcare, transportation & logistic, industrials, infrastructures, financials yang bergerak positif dan mendominasi penguatan kali ini. 

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan pelaku pasar telah lebih siap menghadapi kebijakan the Fed yang segera menaikkan suku bunga acuan. "Indeks IHSG dan bursa regional Asia di penutupan perdagangan menguat ditopang sikap pelaku pasar yang bersiap terhadap kenaikan suku bunga acuan The Fed," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Selasa (22/3/2022). 

Di sisi lain  emiten energi dan pertambangan mengangkat ekuitas. Hal ini sejalan dengan kenaikan komoditas minyak dunia di tengah kegelisahan pasar akan meningkatnya harga minyak dunia yang berpotensi berdampak pada tekanan inflasi. 

Naiknya harga minyak dunia seiring dengan rencana aksi Uni Eropa yang akan melakukan embargo terhadap minyak Rusia. Hal ini membuat minyak mentah berjangka Brent naik 2,75 persen menjadi 118,80 dolar AS per barel dan Minyak mentah berjangka WTI naik 1,96 persen menjadi 114,32 dolar AS per barel. 

Sementara dari dalam negeri, pemerintah masih akan mempertahankan tarif bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan juga tarif listrik. Pasar menilai keputusan tersebut tentunya untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional dengan menjaga daya beli masyarakat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement