Selasa 22 Mar 2022 17:28 WIB

China Kunci 9 Juta Penduduk Shenyang Akibat Lonjakan Kasus Covid-19

Kota Shenyang mencatat total lebih dari 4.000 kasus dalam sehari.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Warga yang mengenakan masker untuk membantu melindungi diri dari COVID-19 bergerak di sepanjang jalan. Pemerintah China memutuskan mengunci kota Shenyang
Foto: AP/AP
Warga yang mengenakan masker untuk membantu melindungi diri dari COVID-19 bergerak di sepanjang jalan. Pemerintah China memutuskan mengunci kota Shenyang

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pemerintah China memutuskan mengunci kota industri Shenyang yang berpenduduk 9 juta orang, Senin (21/3/2022) malam waktu setempat. Langkah strategi nol-Covid ini dilakukan setelah negara tersebut melaporkan total lebih dari 4.000 kasus dalam sehari.

Seperti dilansir laman Channel News Asia, Otoritas Kesehatan China pada Selasa (22/3/2022) melaporkan 4.770 infeksi baru di seluruh negeri. Kasus terbanyak dilaporkan di provinsi timur laut Jilin.

Di provinsi tetangga Jilin, yakni Provinsi Liaoning, salah satu kotanya Shenyang langsung diperintahkan untuk dikunci pada Senin malam. Shenyang sebagai rumah basis industri ke pabrik termasuk pembuat mobil BMW, melaporkan 47 kasus baru pada Selasa (22/3/2022).

Pihak berwenang Shenyang menempatkan semua lini industrinya di bawah "manajemen tertutup" dan menghalangi warga dari berangkat tanpa hasil tes negatif 48 jam. Sementara itu, di Provinsi Jilin, pemerintah memberlakukan travel track yang ketat yang melarang penduduk setempat meninggalkan kota dan kabupaten sementara beberapa kota telah membatasi penduduk di rumah.

Beberapa kota seperti Shanghai telah menghindari penguncian penuh. Sebaliknya memberlakukan penguncian untuk bangunan individu, bahkan sebagai infeksi asimptomatik harian baru.

China dalam beberapa pekan terakhir menghadapi cluster virus lokal maupun dari luar negeri. Pemerintahan memberlakukan pengujian massal dan penutupan di seluruh kota. Pada Sabtu pekan lalu China pertama kalinya melaporkan dua kematian terkait Covid-19 setelah dua tahun pandemi.

Pihak berwenang telah memperingatkan risiko untuk pertumbuhan ekonomi dari dampak penguncian yang terus-menerus. Sebab negara berusaha untuk menyeimbangkan krisis kesehatan dengan kebutuhan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Pekan lalu Presiden China Xi Jinping menekankan perlunya meminimalkan dampak pandemi pada perekonomian Cina. Namun juga dia mendesak pejabat untuk berpegang pada pendekatan nol-covid saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement