Senin 21 Mar 2022 23:47 WIB

Respons Direbutnya Mariupol, Zelenskyy: Teror Rusia akan Diingat Selamanya

Zelensky sebut Ukraina siap bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, sebut Ukraina siap bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP/Ukrainian Presidential Press Off
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, sebut Ukraina siap bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa pengepungan yang dilakukan Rusia di kota pelabuhan Mariupol sebagai kejahatan perang.

"Apa yang dilakukan penjajah (Rusia) di kota yang damai merupakan teror yang akan diingat selama berabad-abad mendatang,” kata Zelenskyy dalam pidatonya seperti dikutip dari Aljazirah, Ahad (20/3/2022).

Baca Juga

Pasukan Rusia terus memukul mundur barisan pertahanan Ukraina hingga mampu mengempung Kota Mariupol. Pertempuran sengit antara keduanya telah berdampak pada ditutupnya pabrik baja utama hingga pemerintah setempat mendesak bantuan dari negara-negara Barat.

Jatuhnya Mariupol juga menandai kemajuan dalam medan perang bagi Rusia, yang sebagian besar terjebak di luar kota-kota utama lebih dari tiga pekan dalam invasi darat terbesar di Eropa sejak Perang dunia II.

“Anak-anak, orang tua sedang sekarat. Kota ini hancur dan musnah dari muka bumi,” kata petugas polisi Mariupol Michail Vershnin dalam sebuah video yang ditujukan kepada para pemimpin Barat.

Dewan kota Mariupol mengatakan pada Ahad bahwa pasukan Rusia juga menjatuhkan bom ke sebuah sekolah seni, tempat 400 penduduk berlindung, di Kota Mariupol.

Vadym Denysenko, penasihat Menteri Dlam Negeri Ukraina, mengatakan bahwa pasukan Ukraina dan Rusia memperebutkan pabrik baja Azovstal di Mariupol. Itu merupakan salah satu pabrik metalurgi terbesar di Eropa.

Beberapa jam kemudian, Dewan kota mengklaim bahwa tentara Rusia telah memindahkan secara paksa ribuan penduduk kota, kebanyakan wanita dan anak-anak ke Rusia. 

Pasukan Rusia telah memisahkan Mariupol dari Laut Azov, dan kejatuhannya akan menghubungkan Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014, dengan wilayah timur yang dikendalikan oleh separatis yang didukung Moskow. 

Ini akan menandai kemajuan dalam menghadapi perlawanan sengit Ukraina yang telah menghancurkan harapan Rusia untuk meraih kemenangan cepat.

Sementara itu, PBB telah mengonfirmasi lebih dari 847 kematian warga sipil sejak perang dimulai, meskipun jumlah korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. PBB mengatakan lebih dari 3,3 juta orang telah meninggalkan Ukraina sebagai pengungsi. 

 

Sumber: aljazirah

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement