Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Penulis dan Media, Ladang Amal Berlimpah Pahala

Gaya Hidup | Monday, 21 Mar 2022, 13:28 WIB

Seorang penulis menunjukkan eksistensinya dengan ketajaman penanya yang berbuah pemikiran yang memberikan pencerahan kepada manusia. Sejak dulu, tulisan dari seorang penulis membawa pesan kuat tentang sebuah hal yang bertujuan menerangi jalan pemikiran manusia, membuat hidupnya semakin dinamis dan yang lebih terpenting adalah mampu mengajak manusia berpikir tentang eksistensinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan.

Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena. Lalu Allah berkata, “Tulislah”. Maka dia bertanya kepada Allah, “Apa yang harus saya tulis, Ya Tuhan?” Allah menjawab, “Tuliskan semua apa yang telah Aku takdirkan dan apa yang ada sampai akhir zaman.” (H.R. Ahmad)

Penulis bak seorang provokator yang terus menerus mempengaruhi manusia untuk melakukan sesuatu. Seorang penulis yang dilahirkan dari khazanah intelektual muslim, bukan sekedar berkutat pada upaya dia mempengaruhi orang-orang tetapi tulisan yang dihasilkan dijiwai oleh semangat dirinya berbuat amal kebaikan bagi sesama manusia. Terlebih dengan tulisannya ia bisa mengajak manusia untuk mampu mengamalkan ibadah yang duperintahkan oleh Allah.

Sebuah tulisan yang dihasilkan adalah media syiar bagi dirinya. Dengan selalu menanamkan nilai-nilai keislaman pada tulisan yang dihasilkannya menjadikan dirinya mengemban tugas sebagai pendakwah. Penulis mengambil peran sebagai pendakwah bil qolam. Upaya menebarkan kebaikannya dilakukannya melalui tulisan-tulisannya dalam beragam bentuk. Semakin tulisannya banyak dibaca orang maka syiar dakwahnya bisa tersebar secara luas menembus ruang dan waktu.

Akan terasa sia-sia jika kemudian hasil tulisan yang dibaca banyak orang malah memberikan pemikiran yang sesat kepada pembacanya dan menjauhkan dirinya dari Tuhan. Moralitas seorang penulis akan dipertanggung jawabkan jika tulisannya malah membuat pembaca jauh dari nilai-nilai keislaman. Tetapi jika menumbuhkan kebaikan maka keberkahanlah yang akan diterima. Banyak ruang dan media untuk menyebarkan tulisan adalah jalan tersendiri yang bisa dilewati penulis untuk melakukan amal kebajikan melalui tulisannya sebagai bagian dari syiar dakwah itu sendiri.

Menulis merupakan ladang amal yang menghasilkan pahala jika dilakukan untuk syiar dakwah (FOTO : Republika/Mahmud Muhyidin)

Sebagai penulis muslim, membuat tulisan bukan sekedar untuk mendapatkan honor atau meningkatkan viewer, tetapi karya tulis yang dihasilkan semestinya memberi efek positif dalam berbagai hal. Tulisan yang dihadirkan berarti sama dengan sebuah arahan yang bsia mengubah pemikiran seseorang. Jika pengaruh yang disebar mengarah kepada kebaikan, maka tentu saja hal itu akan memberi makna yang bagus dalam kehidupan. Tetapi sebaliknya, jika tulisan yang dihasilkan ternyata malah membaut pemikiran seseorang melenceng dari aturan maka sama saja penulis telah meracuni pemikirannya dan itu adalah sebuah kesalahan fatal.

“Apa tujuan seseorang menulis? Paling tidak, ada tiga tujuan saya dalam menulis: nashrul fikrah (menyebarkan pemikiran), tanmiyatul kaffah (mengembangkan kemampuan), dan kasbu’lma’isyah (menambah penghasilan).” Begitulah menurut penulis populer Helvi Tiana Rosa. Hingga tak salah jika point pertama menjadi satu tujuan yang terkait syiar karena ditujukan kepada pembaca untuk bisa menangkap apa yang disampaikan penulisnya dalah khazanah intelektual muslim.

Jelas dalam hal ini mereka yang menulis tentang tema-tema keislaman artinya mereka tidak sekedar menuangkan apa yang jadi pemikitrannya memlaui tulisan, tetapi yang bersangkutan lebih dari itu iatu mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah. Hal ini menjadi tujuan yang ulia yang semestinya harus tetedp diemban seorang penulis muslim sampai kapanpun. Dengan menulsi maka terbuka lebar sarana dirinya berdakwah karena sasarannya adalah banyaknya orang yang akan membaca tulisannya. Tak dapat disangkal lagi jika media yang memberikan kesempatan untuk menulis kepada penulis muslim sama artinya menyediakan ladang amal bagi penulis yang ada.

Katakanlah viewernya ada 100 orang dan membaca tulisan kita secara utuh sehingga dia memahami apa yang kita sampaikan sebagai penulis dalam tulisan. Kemudian yang bersangkutan mau berubah ke arah yang lebih baik maka sang penulis juga kebagian pahala karena tulisannya bisa mempengaruhi orang untuk berhijrah dari yang buruk menuju ke arah yang lebih baik sehingga hidupnya ada dalam naungan Islamwalaupun jumlahnya tidaks ebanyak itu.

Tentu saja ini menjadi motivasi bagi para penulism uslim untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya. Bukan saja untuk dibaca banyak orang, melainkan lebih dari itu adalah sejuah mana tulisan yang dihasilkannya itu mampu memberikan pencerahan bagi umat dan mengajak mereka untuk meneguhkan keilsmannya, di mana nilai-nilai tersebut selalu diimplementasikan semuanya dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini artinya berbuah karena mampu mempengaruhi pembacanya dalam hal kebaikan.

Semuanya akan kembali kepada sang penulis itu sendiri. Jika menulis ditujukan agar ia bisa berdakwah maka ia akan mendapatkan urusan dunianya yaitu materi dan urusan akhiratnya adalah pahala. Tetapi jika menulis hanya diutamakan untuk mendapatkan unsur duniawi semata maka yang didapat hanya sejumlah uang. Idealnya penulis muslim adalah menulis dengan dua tujuan tadi sehingga ada keberkahan yang bisa didapat juga di dalamnya. Ini sangat menguntungkan bagi seorang penulis muslim.

Maka dari itu alangkah lebih baik jika para penulis muslim bersuaha menghasilkan karya-karya terbaiknya di setiap tulisan yang dibuatnya. Sebuah karya yang terbaik akan lebih bermakna dan bermanfaat jika didasari tujuannya adalah syiar dakwah. Hal itu kemduian menjadi penting karena akan mengajak orang-orang kepada kebajikan. Dengan kebajikan ini akan mendapat keberkahan yang diharapkan. Teruslah menulis dan berjuang melalui syiar dakwah bil qolam karena Allah tahu apa yang kita kerjakan dan akan membalas apa yang telah kita perbuat walaupun sebesar biji sawi.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image