Ahad 20 Mar 2022 19:46 WIB

Banyak Pelanggaran, SKB 4 Menteri Dianggap Hanya 'Macan Kertas'

Bentuk pelanggaran yang paling umum terjadi, yakni siswa dan guru tak memakai masker.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim (kiri) didampingi Sekjen FSGI Heru Purnomo.
Foto: Republika/Prayogi
Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim (kiri) didampingi Sekjen FSGI Heru Purnomo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyebutkan, masih banyak terjadi pelanggaran Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri terkait pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Disiplin protokol kesehatan (prokes) menjadi hal yang paling banyak dilanggar.

"Evaluasi P2G terkait PTM 100 persen sejak Januari lalu, masih banyak terjadi pelanggaran SKB Empat Menteri khususnya Disiplin Prokes di sekolah. Hampir terjadi di semua daerah," ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, kepada Republika, Ahad (20/3/2022).

Satriwan menerangkan, bentuk pelanggaran yang paling umum terjadi, yakni siswa dan guru tak memakai masker di sekolah, tidak jaga jarak satu meter di kelas; sekolah ber-AC tidak dibuka ventilasi kelasnya, kantin sudah beroperasi padahal dilarang oleh SKB, tidak periksa suhu dan tidak foto "barcode pedulilindungi" sebelum masuk sekolah.

"Juga tidak pakai masker sepulang sekolah dan siswa nongkrong sepulang sekolah melanggar 3M," ungkap Satriwan.

Dia menjelaskan, laporan-laporan mengenai pelanggaran SKB Empat Menteri tersebut berasal dari jaringan guru P2G diAceh, Batam, Medan, Tanah Datar, Padang Panjang, Agam, Pandeglang, Cilegon, Jakarta, Bogor, Garut, Depok, Bekasi, Tasikmalaya, Situbondo, Blitar, Bima, Ende, Berau, PPU, dan lain sebagainya.

"SKB 4 Menteri hanya macan kertas selama ini, akibat minimnya pengawasan dari aparat di daerah khususnya, seperti Satpol PP, Satgas Covid-19, Dinas Pendidikan dan kurangnya teladan disiplin prokes dari masyarakat," ujar Satriwan.

Untuk itu, P2G meminta agar sekolah, guru, orang tua, dan siswa tetap konsisten membiasakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ketika PTM 100 persen dimulai kembali nanti. Gerakan 3M, yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, adalah kebiasaan yang wajib ditaati dalam PTM 100 persen nanti.

"Jangan sampai berpikir bahwa Covid-19 sudah normal, kita sudah sehat, sehingga tak lagi patuh terhadap Gerakan 3M. Perlu disadari betul, 3M dijadikan AKB, ini kunci PTM yang sehat dan aman. Jika tidak, sekolah akan terus PJJ, orang tua dan guru pasti ga mau," kata dia.

Di samping itu, dia juga menyatakan, ketika PTM 100 persen dimulai kembali, membangun ikatan alias bonding antara siswa dengan guru serta warga sekolah dan siswa dengan siswa penting untuk dilakukan. Dia mengatakan, Evaluasi P2G selama dua tahun PJJ, sekolah dan guru menghadapi kendala yang cukup besar, kaitannya dengan membangun ikatan emosional dengan siswa.

"Apalagi siswa baru kls 1-2 SD lalu 7-8 SMP, dan 10-11 SMA, mereka belum terlalu mengenal lingkungan belajar sekolah, sebab selama ini lingkungan belajarnya adalah rumah dan komputer bukan ruang nyata," jelas Satriwan.

"Ikatan emosional guru-siswa, siswa-siswa tidak terbangun selama ini, bahkan masih ada siswa dan guru atau siswa dengan siswa yang belum kenal satu sama lain, kan ironis," tambah dia.

Dia menuturkan, para siswa cenderung individualis dan tertutup, akibat sudah terbiasa sekolah digital minus interaksi sosial langsung. Solidaritas kelompok belum terbangun, dan PR group belum terbentuk. Kegiatan sekolah yang mengakrabkan sesama siswa terhenti dua tahun. Padahal, ini penting dalam konteks relasi pedagogik dalam proses pembelajaran.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement