Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. WAODE NURMUHAEMIN.

Jangan Bercanda dengan Kenangan

Curhat | Thursday, 17 Mar 2022, 22:01 WIB
sumber: Good read

Pernah dengar istilah” Nikmati kebersamaan selagi bisa?, Sebab pada akhirnya kalian akan saling melupakan”. Karena satu urusan , saya harus balik di tempat kuliah saya di ibu kota tapi bukan di Kalimantan. Memasuki gerbangnya saja saya sudah disergap ribuan kenangan. Saya mendapatkan momen flash back.

Percakapan-percakapan di grup kelas beberapa tahun kembali menyeruak. ”Dosen sudah ada, kelompok yang harus tampil presentasi belum hadir”.

Kemudian akan bersahut-sahutan replay dari teman-teman sekelas. “Saya lagi kena macet di daerah ini, saya lagi nunggu busway di sini, saya lagi di kereta, dll. Saya sendiri biasanya akan menjawab saya lagi macet di JPO depan kampus,” dan itu akan menjadi jawaban teraneh , maklum saja saya tinggal persis di depan kampus hanya beberapa meter dari kelas. Alasan sebenarnya adalah saya sering bangun kesiangan, karena malamnya tidak bisa tidur.

Maklum saja untuk mahasiswa kelas kuli yang cuma bisa menyewa kamar murah tanpa AC saya sering susah tidur karena suhu yang panas dan juga sakit kepala yang tidak kunjung berhenti. Namun, faktor terbesar adalah kamar kost saya suhunya persis di sauna, sehingga saya biasanya tertidur menjelang tengah malam dan setelah sholat subuh.

Kenangan-kenangan bersama teman-teman semasa kuliah berlintasan satu persatu ; berebutan lift, tugas yang dikumpulkan dan tiba-tiba hilang, makan terburu-buru dikantin karena masih ada kuliah selanjutnya, dosen yang minta foto pada saat mau memberikan nilai akhir sampai diskusi-diskusi yang tidak ada habis-habisnya semua berlomba-lomba berlompatan mengajak kembali kemasa silam.

Ah, tiba-tiba saja kesedihan menyergap. Sebanyak apa pun luka dan duka, kenangan tetap saja mengharu biru. Seperti juga semua tempat di mana pun di muka bumi, manusia punya dua sisi. Sisi baik dan buruk, dan itu bukan halangan untuk tetap menghadirkan rasa haru. Pantas saja kaisar Nero yang membakar kota Roma dengan kejamnya masih juga takluk di hadapan kesedihan.

Manusia, siapa pun dia, tidak akan bisa membangun tembok dengan masa lalu. Masa lalu tetap menyatu sebagai sebuah sejarah yang membangun kita saat ini. Parahnya lagi sepanjang jalan pulang menuju bandara si supir grab memutar lagu dewi yull” kini kau selusuri, jalan –jalan memori” dan lagu-lagu lama yang bernuansa mellow habis.

Pelajaran moralnya, jangan pernah merasa kuat dihadapan kenangan. “Berat kau tidak akan sanggup”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image