Kamis 17 Mar 2022 19:52 WIB

Ada 995 Hektare Lahan Pertanian Terendam Banjir di Banyumas

Ada sebanyak 995 hektare lahan pertanian di Banyumas yang terendam banjir.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah petani mencoba menyelamatkan gabah hasil panen yang terendam banjir di Desa Gebangsari, Tambak, Banyumas, Jateng, Selasa (15/3/2022). Ada sebanyak 995 hektare lahan pertanian di Banyumas yang terendam banjir.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Sejumlah petani mencoba menyelamatkan gabah hasil panen yang terendam banjir di Desa Gebangsari, Tambak, Banyumas, Jateng, Selasa (15/3/2022). Ada sebanyak 995 hektare lahan pertanian di Banyumas yang terendam banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Sebanyak 995 hektare lahan pertanian di tiga kecamatan di Kab. Banyumas terkena dampak dari banjir yang terjadi pada Selasa (15/3/22). Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kab. Banyumas Jaka Budi Santosa menjelaskan, jumlah kerugian akibat banjir dari lahan tersebut mencapai Rp 20,4 miliar.

"Itu kan update tanggal 15 Maret, kalau hari ini hujan dan banjir lagi, jumlahnya kemungkinan bertambah," kata Jaka kepada Republika, Kamis (17/3/2022).

Baca Juga

Jaka memaparkan, kondisi sawah yang terkena banjir banyak yang sudah memasuki usia panen dan dipastikan gagal panen. Dinpertan KP dan Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) telah mendata lahan pertanian yang terdampak agar dapat diberi bantuan oleh Kementerian Pertanian RI dan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah.

Bantuan yang akan diberikan biasanya dalam bentuk benih padi. Padahal, ada skema asuransi usaha tani padi (AUTP) yang dapat meminimalisir kerugian petani.

Namun, pada musim tanam tahun ini, belum ada petani yang ikut serta. Penggunaan teknologi yakni dengan pendaftaran melalui aplikasi yang dinilai Jaka menjadi salah satu kendala para petani dalam mendaftar. Untuk itu, pihaknya juga akan mengajukan bantuan berupa premi asuransi usaha tani padi.

"Kami juga dpt informasi dari kementerian dapat 6000 hektar untuk asuransi usaha tani padi, tapi kita belum sampai ke rapat teknisnya, sepertinya minggu depan. Jumlahnya bisa bertambah karena dari program provinsi sekitar 900an untuk asuransi ini," jelasnya.

Premi asuransi biasanya bisa dibayar sepenuhnya oleh petani ataupun subsidi pemerintah. Dalam bentuk bantuan, biasanya pemerintah akan mensubsidi dengan jumlah 80 persen, dan sisanya yakni 20 persen dibayar oleh petani. Apabila terjadi gagal panen, maka petani dapat menerima klaim sebesar Rp 6 juta per hektar per musim tanam.

"Setelah banjir surut, kita akan prioritaskan pada persawahan dan lahan-lahan yang berisiko tinggi terhadap gagal panen. Gagal panen kan bisa diakibakan oleh banjir, kekeringan atau organisme pengganggu tanaman baik hama maupun penyakit," kata Jaka.

Hujan intensitas tinggi sejak Ahad (13/3/22) hingga Selasa (15/3/22) telah mengakibatkan beberapa wilayah di dekat tiga sungai mengalami kebanjiran, karena sungai tidak mempu menambung debit air hujan dan menyebabkan luapan. Ketiga kecamatan yang terkena dampak yakni Tambak, Sumpiuh dan Kemrajen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement