Kamis 17 Mar 2022 03:45 WIB

Menkeu: Konflik Ukraina dan Rusia Picu Perlombaan untuk Pemulihan

Geopolitik konflik Ukraina Rusia ciptakan perlombaan untuk pemulihan ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani Indrawati menyatakan konflik antara Ukraina dan Rusia memicu adanya perlombaan antarnegara untuk lebih cepat pulih dari dampak pandemi COVID-19 maupun tekanan geopolitik.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani Indrawati menyatakan konflik antara Ukraina dan Rusia memicu adanya perlombaan antarnegara untuk lebih cepat pulih dari dampak pandemi COVID-19 maupun tekanan geopolitik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan konflik antara Ukraina dan Rusia memicu adanya perlombaan antarnegara untuk lebih cepat pulih dari dampak pandemi COVID-19 maupun tekanan geopolitik.

"Geopolitik serta perang di Ukraina menciptakan perlombaan tambahan untuk pemulihan ekonomi," katanya dalam Side Event the 66th Session of the Comission on the Status of Women (CSW66) di Jakarta, Rabu (16/3/2022).

Sri Mulyani menjelaskan sejauh ini untuk tekanan dari pandemi COVID-19 yang memasuki tahun ketiga sudah berangsur lebih ringan mengingat tingkat kasusnya mulai menurun. Pandemi yang menjadi tantangan utama bagi berbagai negara ini sudah melewati puncaknya seiring upaya vaksinasi COVID-19 yang terus diakselerasi.

Vaksinasi COVID-19 dinilai akan mampu memberikan lebih banyak ketahanan kepada penduduk terutama saat mereka beraktivitas sehingga ekonomi pun mulai pulih. Pencapaian target minimal 70 persen dari vaksinasi juga diupayakan berbagai negara karena akan memberikan keamanan dan keselamatan yang lebih bagi penduduk untuk aktif dalam kegiatan ekonomi maupun sosial.

"Ini tantangan tapi mudah-mudahan dengan kasus yang sekarang mulai surut ini akan memberikan peluang yang jauh lebih baik bagi semua pihak untuk dapat memulihkan aktivitas terutama perempuan," tutur Sri Mulyani.

Baca juga : Ukraina Klaim Hancurkan 40 Persen Unit Bersenjata Rusia

Di sisi lain, berbagai negara kini menghadapi risiko tambahan terhadap ekonomi global seperti kenaikan harga komoditas baik energi, bahan tambang, mineral maupun harga pangan terutama akibat geopolitik dan perang antara Ukraina dan Rusia. Ia menjelaskan tingginya tekanan inflasi terutama yang datang dari komoditas seperti harga energi, harga listrik hingga harga pangan ini akan menjadi ancaman bagi pemulihan terutama pada daya beli rumah tangga.

Hal tersebut yang juga melatarbelakangi International Monetary Fund (IMF) untuk merevisi ke bawah terhadap prospek ekonomi 2022 yakni dari 5,9 persen menjadi hanya 4,4 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement