Rabu 16 Mar 2022 23:06 WIB

Bagaimana Propaganda Anti-Muslim Melebar di Industri Film India?    

Islamofobia anti-Muslim sudah merambah ke film-film produksi India

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Seorang siswi Kashmir berjalan melewati kendaraan tentara India (IIlutrasi). Islamofobia anti-Muslim sudah merambah ke film-film produksi India
Foto: AP/Dar Yasin
Seorang siswi Kashmir berjalan melewati kendaraan tentara India (IIlutrasi). Islamofobia anti-Muslim sudah merambah ke film-film produksi India

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film produksi Bollywood, The Kashmir Files ditayangkan di bioskop di seluruh India dan seluruh dunia pada Jumat (11/3/2022). 

Film ini bercerita tentang eksodus umat Hindu, Pandit, dari Kashmir yang dikuasai India sejak awal 1990-an.    

Baca Juga

Naskahnya ditulis dan disutradarai organisasi paramiliter nasionalis Hindu Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) atau sayap politiknya Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri India Narendra Modi. 

Muslim Kashmir digambarkan sebagai pembunuh dan pemerkosa yang haus darah, sementara umat Hindu Kashmir digambarkan sebagai pasifis yang tidak berdaya yang menolak untuk mengangkat senjata melawan jihadis. 

Istilah merendahkan yang digunakan untuk menutupi oposisi lokal terhadap pemerintahan India dalam ekstremisme Islam. Ini berharap seperti Pakistan ada di balik latar belakang isu ini.

Di titik klimaks bagian film, mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto mengatakan, negaranya tidak akan pernah membiarkan Kashmir menjadi bagian integral India di antara seruan untuk jihad dari pemimpin agama setempat. 

Pemerintah India saat ini dan para pendukungnya telah lama menuduh Muslim Kashmir sebagai boneka Pakistan. 

Wanita dan anak-anak Hindu Kashmir diperlihatkan ditembak tanpa ampun di kepala dari jarak dekat, saat Muslim radikal berkeliaran di jalan-jalan Srinagar untuk mencari korban berikutnya. 

Fakta sejarah terkutuk. Ini adalah cerita tentang genosida Pandit, menurut produser film yang memadukan nasionalis Hindu dengan berbagai Islamofobia dan kepalsuan.

Sebagai permulaan, hampir tak ada bukti bahwa genosida Hindu terjadi di Kashmir selama 1990-an.

Bahkan, pemerintah India melaporkan bahwa kurang dari 220 pandit terbunuh di Kashmir selama periode 1988 hingga 2004. Jumlah ini berbeda dengan data markas polisi Distrik Srinagar pada 2021 ketika melaporkan 89 Pandit terbunuh selama 31 tahun terakhir. 

Jika ini memenuhi definisi genosida, maka pembunuhan 1.800 Muslim di Assam pada 1983, pembunuhan massal 2.000 Muslim selama kekerasan yang melanda Gujarat pada 2002, dan kerusuhan Delhi pada 2020 yang menyebabkan 51 Muslim dibajak, dibakar, dan ditembak mati. 

Tetapi tidak satupun kekejaman massal ini disebut genosida, sebuah istilah yang digunakan oleh para nasionalis Hindu sebagai kejahatan yang dilakukan ekstremisme Islam.

Baca juga: Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran

 

 

Lebih penting lagi, jika 89 hingga 219 orang Hindu Kashmir yang tewas sama dengan genosida, lalu sebutan apa yang bisa diberikan untuk pembunuhan setidaknya 50 ribu bahkan berpotensi 100 ribu Muslim Kashmir oleh pasukan pendudukan India sejak 1989? Nama apa yang diberikan untuk hampir 10 ribu kuburan mereka yang tak bertanda?

Produser tidak ingin penonton tahu bahwa eksodus Pamdit terjadi di bawah Gubernur Jammu&Kashmir, Jagmohan Malhotra, yang ditunjuk oleh pemerintah pusat yang didukung oleh BJP. 

"Untuk alasan ini, Muslim Kashmir bersikeras bahwa eksodus ini adalah upaya terkonsentrasi oleh Jagmohan Malhotra untuk terlebih dahulu 'membersihkan' Pandit dari lembah sebelum mengarahkan senjata kepada diri mereka yang rentan," tulis Vijaylakshmi Nadar untuk Pengamat India seperti dikutip dari laman By Line Times, Rabu (16/3/2022). 

 

Sumber: bylinetimes  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement