Rabu 16 Mar 2022 21:16 WIB

PKT Mulai Gunakan PLTS di Area Perkantoran

PLTS milik PKT memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.256,04 Kilowatt Peak

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Anggota holding PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mendukung penerapan energi bersih melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Anggota holding PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mendukung penerapan energi bersih melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota holding PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mendukung penerapan energi bersih melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT). Direktur Operasi dan Produksi PKT Hanggara Patrianta mengatakan PKT mulai menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap yang kini terpasang di seluruh area perkantoran perusahaan. 

"Hal ini merupakan bagian dari upaya PKT meningkatkan komitmen menjadi perusahaan berbasis energi bersih, sebagai bentuk kontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim," ujar Hanggara dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/3/2022).

Baca Juga

Hanggara mengungkapkan PLTS ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.256,04 Kilowatt Peak (kWp), dengan spesifikasi output memiliki tegangan 3 phase 400 Volt. Menurut Hanggara, sistem ini terpasang menggunakan skema rooftop on grid tanpa baterai atau tersambung jaringan listrik PKT dengan total modul sebanyak 2.326 unit. 

Hanggara menyampaikan pembangunan PLTS berlangsung pada periode Mei hingga Desember 2021 dilaksanakan oleh PT Kaltim Daya Mandiri (KDM) yang merupakan anak perusahaan PKT di bidang energi penyedia listrik. 

"Modul terpasang di seluruh bangunan komplek kantor pusat PKT, dengan efektivitas penggunaan sejak awal 2022. Area yang terakomodasi PLTS mulai dari gedung utama kantor pusat hingga sarana pendukung seperti gedung pertemuan maupun parkiran," ungkap Hanggara.

Berdasarkan evaluasi, lanjut Hanggara, PLTS atap ini menghasilkan total produksi energi sebesar 134.814,65 Kilowatt Hour (kWh) pada Januari 2022 dan 138.693,50 kWh pada Februari. 

Hanggara menyebut jumlah produksi energi tersebut mampu menekan buangan gas limbah (CO2 Avoided) mencapai 65,88 ton dalam dua bulan terakhir, serta penghematan penggunaan batubara (Standard Coal Saved) untuk pembangkit diesel sebesar 55,48 ton dalam satu bulan. 

"Ini sebagai langkah awal PKT dalam mengembangkan energi hijau dan terbarukan untuk mengurangi penggunaan energi fosil, sekaligus dukungan upaya Pemerintah dalam mencapai target NDC 2030 serta Net Zero Emissions di 2060," sambung Hanggara. 

Menurut Hanggara, pemanfaatan EBT merupakan salah satu aksi mitigasi iklim dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang telah direalisasikan PKT beberapa tahun terakhir. Kata Hanggara, upaya ini merupakan wujud implementasi prinsip industri hijau yang mencakup efisiensi energi, efisiensi pemakaian bahan baku dan bahan penolong hingga efisiensi pemakaian air, termasuk pemenuhan baku mutu lingkungan pada limbah cair maupun emisi, yang dibuktikan melalui pengurangan emisi GRK sebesar 758.234,58 ton CO2 equivalent dari 31 program di 2020.

"Hal ini sejalan dengan peta jalan PKT dalam fase kedua pertumbuhan perusahaan, dengan fokus pada tiga fondasi utama, yakni efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan, serta melakukan praktik ekonomi sirkular dalam memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas baru," tambah Hanggara.

Hanggara mengatakan pemanfaatan emisi gas buang menjadi komoditas baru dilaksanakan PKT dengan pembangunan pabrik soda ash, guna mengoptimalkan potensi produk yang dimiliki untuk dimanfaatkan menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Terlebih, dia katakan, PKT telah memiliki bahan baku lainnya yang diperlukan yakni amoniak. 

"Praktik ini tengah menjadi fokus PKT, selain karena potensi yang menjanjikan juga diyakini mampu mendukung terciptanya emisi nol," ucap dia.

Di sisi lain, lanjut Hanggara, semakin kritisnya berbagai pihak dalam menilai bisnis berdasarkan kredensial lingkungan, maka para investor pun sangat mempertimbangkan lingkungan, sosial dan tata kelola dalam membuat keputusan bisnis. Hanggara menilai dunia telah sepakat bahwa penggunaan bahan bakar fosil harus berkurang, terlihat dari konsensus yang disetujui oleh 196 negara untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil di konferensi COP26. 

"PKT pun akan terus mengimplementasikan strategi pertumbuhan perusahaan ke arah industri kimia yang berbasis renewable, sekaligus mengembangkan penggunaan EBT di seluruh kawasan perusahaan," kata Hanggara menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement