Rabu 16 Mar 2022 19:48 WIB

Wamenag: PTKIN Jangan Berorientasi Serah Terima Ijazah

Wamenag: PTKIN Jangan Berorientasi Serah Terima Ijazah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Wamenag: PTKIN Jangan Berorientasi Serah Terima Ijazah. Foto:   Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa
Foto: Republika/Fuji E Permana
Wamenag: PTKIN Jangan Berorientasi Serah Terima Ijazah. Foto: Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Zainut Tauhid Sa'adi menyoroti peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dalam menyongsong era society 5.0. Yaitu, masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan sosial dengan memasukkan inovasi-inovasi dari revolusi industri keempat ke dalam setiap industri dan kehidupan sosial.

Kiai Zainut mengatakan, society 5.0 ditandai antara lain dengan kehidupan masyarakat yang sangat dinamis dan kompetitif. Karenanya, kampus PTKIN harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, namun tetap berkarakter humanis, religius, dan nasionalis.

Baca Juga

"Tujuan kampus bukanlah untuk menyiapkan manusia-manusia yang hanya dapat mengandalkan ijazah untuk melanjutkan kehidupannya. Mahasiswa harus dilatih hingga tahu cara mengandalkan ilmu yang diperoleh untuk melanjutkan hidup," kata Wamenag melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Rabu (16/3/2022).

Wamenag menegaskan, itulah yang menjadi ciri universitas generasi ketiga. Yakni ketika pendidikan tidak hanya berorientasi sekedar serah terima ijazah, melainkan terjalin koneksi keilmuan yang erat, lancar, dan saling melengkapi, antara dunia usaha dan dunia pendidikan.

Wamenag berharap, PTKIN dapat terus beradaptasi untuk selalu memberikan nilai lebih dan nilai guna. Supaya tidak hilang dari pergaulan masyarakat kelima yang kompetitif dan berorientasi pada hasil.

"Salah satu keunggulan orang yang berilmu adalah dapat memberi nilai dan manfaat pada suatu hal yang dianggap oleh orang lain tak bernilai atau tidak dapat digunakan," ujar Wamenag saat berbicara pada Seminar Inovasi Pendidikan di Era Society 5.0 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Di era masyarakat kelima, kata Wamenag, PTKIN perlu terus berlari, mengejar, mempersempit jarak ketertinggalan, terutama di bidang sains dan teknologi. Pada saat bersamaan, PTKIN juga harus menggali dan memahami aset, potensi, dan keunggulan dirinya dan juga bangsa Indonesia.

"Aset yang kita miliki, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tak berwujud (intangible) perlu kita taksir nilainya, dan orang lain juga penting mengetahui nilai dan manfaatnya agar menghargai aset kita itu," jelas Wamenag.

Kiai Zainut mengatakan, aset yang merupakan keunggulan bangsa adalah banyak dan beragamnya produk budaya dan kearifan lokal, serta karakter masyarakat yang senang hidup damai, terbiasa berpadu dalam keragaman. Hal ini perlu dikelola agar dapat menjadi produk budaya yang bernilai tinggi, baik secara ekonomi maupun diplomasi, seperti Amerika dengan holiwoodnya, India dengan Boliwoodnya, atau Jepang dengan kartunnya.

"Pengelolaan kearifan lokal yang kita miliki agar dapat dinilai lebih oleh masyarakat multikultural adalah penting untuk dipahami oleh masyarakat kita sejak dunia pendidikan. Dalam dinamisnya kehadiran kita di gelanggang masyarakat kelima maka sangat mungkin kita tetap akan menjadi bagian dari para pemenang," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement