Rabu 16 Mar 2022 12:29 WIB

Warga Gunungkidul Kesulitan Air Bersih, ACT Resmikan Sumur Wakaf

permasalahan ketersediaan air telah teratasi sejak sumur wakaf ini beroperasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Air Bersih (ilustrasi)
Air Bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Pembangunan sumur wakaf terus digalakkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY sebagai ikhtiar memutus krisis air bersih. Kali ini, sumur wakaf ke-48 ini telah diresmikan di Padukuhan Nologaten, Kalurahan Jurangjero, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Kehadiran sumur wakaf bagi warga Nologaten ini merupakan hasil kolaborasi Global Wakaf, ACT DIY dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Wakil Dekan FEB UGM, Aryo Sahadewo mengatakan, membangun manusia merupakan aspek utama dari pembangunan.

Ia menilai, keberadaan sumur wakaf dapat mengatasi masalah ketersediaan air dan sanitasi yang layak di Gunungkidul. Menurut Gumilang, ini sangat erat kaitannya dengan permasalahan stunting yang masih menyisakan banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan.

Gumilang berpendapat, salah satu tantangan persoalan stunting di Tanah Air tidak lain ketersediaan air. Terutama, air yang bersih, yang mana bisa dimanfaatkan secara terus menerus untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan anak.

Ia berharap, kebermanfaatan sumur wakaf ini dapat terus mengalir dengan deras, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga. Namun, dikembangkan kebermanfaatan lainnya untuk membangun kesehatan dan kebutuhan anak-anak.

"Air bersih yang tersedia bisa dimanfaatkan, untuk misalnya membantu usaha ibu bapak sekalian. Seperti menjalankan usaha UMKM yang membutuhkan pasokan air," kata Gumilang, Rabu (16/3/2022).

Dukuh Nologoten, Hardi menuturkan, permasalahan ketersediaan air telah teratasi sejak sumur wakaf ini beroperasi. Sumur wakaf ini memiliki kedalaman 100 meter, dengan tinggi menara tujuh meter dan toren penampung air kapasitas 5.000 liter.

 

Ia bersyukur, sumur wakaf ini telah mengaliri lebih dari 60 rumah dan akan terus bertambah ke depannya, bahkan bisa berkembang sampai padukuhan-padukuhan lain. Sebelumnya, warga Nologaten yang ingin mengambil air cuma ada di sungai keruh.

"Warga harus menempuh sejauh tiga kilometer untuk mendapatkan air bersih yang layak konsumsi," ujar Hardi.

Kepala Cabang ACT DIY, Nasrudin menambahkan, program sumur wakaf merupakan tiang pancang bagi program-program kemanusiaan di sekitarnya sampai terbentuk Desa Wakaf. Karenanya, Global Wakaf dan ACT tidak hanya membangun sumur wakaf.

"Tapi, menjaga, merawat dan meluaskan kebermanfaatannya untuk memastikan amanah wakaf ini terus mengalir," kata Nasrudin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement