Selasa 15 Mar 2022 15:41 WIB

BPS: Neraca Dagang RI dengan Rusia-Ukraina Tak Berkontribusi Besar

Indonesia dapat mengalihkan negara asal impor jika sulit mengakses Rusia dan Ukraina.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Kendaraan melintas diantara tumpukan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta, Selasa (10\1). Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, perdagangan Indonesia dengan Rusia maupun Ukraina yang saat ini tengah dalam kondisi perang tak berkontribusi besar terhadap total neraca dagang Indonesia.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Kendaraan melintas diantara tumpukan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta, Selasa (10\1). Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, perdagangan Indonesia dengan Rusia maupun Ukraina yang saat ini tengah dalam kondisi perang tak berkontribusi besar terhadap total neraca dagang Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, perdagangan Indonesia dengan Rusia maupun Ukraina yang saat ini tengah dalam kondisi perang tak berkontribusi besar terhadap total neraca dagang Indonesia. BPS menilai, Indonesia pun dapat mengalihkan negara asal impor jika nantinya mengalami kesulitan dari kedua negara itu.

Kepala BPS, Margo Yuwono, memaparkan, pada 2021 lalu, ekspor Indonesia ke Rusia hanya 1,49 miliar dolar AS, sedangkan impor 1,25 dolar AS sehingga tercatat surplus 239,8 juta dolar AS. "Kalau bicara dagang dengan Rusia, share ekspor ke Rusia itu hanya 0,65 persen dan pangsa impor kita juga hanya 0,64 persen," kata Margo dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga

Adapun, memasuki Januari-Februari 2022 ini, ekspor ke Rusia tercatat 332,1 juta dolar AS sedangkan impor lebih tinggi yakni 347,1 juta dolar AS sehingga mengalami defisit 15 juta dolar AS.

Lebih lanjut untuk neraca dagang Indonesia-Ukraina, pada 2021 lalu tercatat total ekspornya hanya 417 juta dolar AS sedangkan impor 1 miliar dolar AS sehingga mencatat defisit 623,9 juta dolar AS.

Sama halnya dengan Rusia, kontribusi ekspor dan impor dengan Ukraina juga kecil. "Share ekspor ke Ukraina tahun 2021 hanya 0,18 persen dan impor 0,53 persen," kata Margo.

Sementara untuk neraca dagang Januari-Februari antara Indonesia dengan Ukraina, telah mencatat defisit 6,9 juta dolar AS. Sebab, nilai ekspor dua bulan terakhir hanya 28,7 juta dolar AS sedangkan impor mencapai 35,6 juta dolar AS.

"Jadi kalau kita lihat kontribusinya itu baik ekspor ataupun impor tidak terlalu besar dengan kedua negara tersebut," kata Margo.

Dilihat dari komoditas utama impor Indonesia dari Rusia, paling besar yakni besi dan baja yang tahun lalu nilainya mencapai 447 juta dolar AS. Namun, Margo menjelaskan, nilai impor besi dan baja itu hanya sekitar 3,7 persen dari total impor besi baja Indonesia. Rusia pun hanya menempati peringkat ketujuh.

Memasuki Januari-Februari 2022, nilai impor besi baja dari Rusia sudah mencapai 135 juta dolar AS, namun jika diurutkan, kontribusinya hanya 5,75 persen atau peringkat keenam.

"Kalau ketegangan masih terus berlangsung, maka kita bisa lihat, ada negara lain yang bisa menjadi penyuplai. Artinya kita bisa meningkatkan impor dari negara lain kalau dari Rusia ada gangguan," ujar dia.

Sementara itu, untuk komoditas impor utama Indonesia dari Ukraina yakni serealia tercatat pada 2021 lalu impor serealia dari sana tembus 946,5 juta dolar AS. Margo mengatan, pangsa pasanya memang cukup besar, yakni 23,23 persen atau peringkat kedua setelah Australia.

Meski demikian, terdapat 10 negara utama yang menjadi sumber impor serealia untuk Indonesia sehingga terdapat banyak alternatif.

Adapun pada Januari-Februari 2022 ini, nilai impor serealia dari Ukraina baru 15,7 juta dolar AS. Nilai tersebut setara 2,16 persen dari total impor serealia dua bulan terakhir. Persentase itu pun hanya menduduki peringkat ketujuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement