Senin 14 Mar 2022 08:20 WIB

Rusia dan Ukraina Lanjutkan Dialog

Pembicaraan Rusia-Ukraina akan dilanjutkan dalam format virtual

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Vladimir Medinsky, kepala delegasi Rusia. Pembicaraan Rusia-Ukraina akan dilanjutkan
Foto: AP/Sergei Kholodilin/BelTA
Vladimir Medinsky, kepala delegasi Rusia. Pembicaraan Rusia-Ukraina akan dilanjutkan

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, pembicaraan Rusia-Ukraina akan dilanjutkan pada Senin (14/3/2022) dalam format virtual. Peskov mengatakan, dalam pembicaraan tersebut delegasi Rusia akan dipimpin oleh pembantu presiden, Vladimir Medinsky.

Dilansir TASS, layanan pers Kremlin pada Sabtu (12/3/2022), mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyampaikan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, perihal rencana pertemuan dengan Ukraina. Putin juga mengatakan bahwa pertemuan akan berlangsung dalam format virtual.

Baca Juga

Putaran pertama pembicaraan Rusia-Ukraina diadakan di wilayah Gomel, Belarus pada 28 Februari. Pembicaraan tersebut berlangsung selama lima jam. Kemudian pembicaraan putaran kedua diadakan pada 3 Maret di Belovezhskaya Pushcha, di Belarus.  Pembicaraan tersebut menghasilkan kesepakatan tentang koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil.  

Delegasi Rusia dan Ukraina bertemu untuk pembicaraan putaran ketiga pada 7 Maret, di wilayah Brest, Belarus. Kemudian 10 Maret, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba di sela-sela forum diplomatik di Antalya, Turki.

Pada 24 Februari,  Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan oleh pemimpin  wilayah Donbass. Putin menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, tetapi bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.

Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara lain menjatuhkan sanksi terhadap individu dan badan hukum Rusia. Amerika Serikat telah mengimbau Cina, maupun negara-negara Teluk dan negara lainnya untuk mengutuk, serta mengisolasi Rusia dari ekonomi global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement