Kamis 10 Mar 2022 09:15 WIB

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sebanyak 253 Warga Mengungsi

Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran sejauh lima km ke arah tenggara.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (5/2/2022). Menurut data BPPTKG Yogyakarta periode pengamatan 5 Februari 2022 pukul 00.00-06.00 WIB telah terjadi 48 guguran dengan potensi bahaya berupa guguran lava pijar dan awan panas Gunung Merapi pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh km serta sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga km dan Sungai Gendol lima km.
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (5/2/2022). Menurut data BPPTKG Yogyakarta periode pengamatan 5 Februari 2022 pukul 00.00-06.00 WIB telah terjadi 48 guguran dengan potensi bahaya berupa guguran lava pijar dan awan panas Gunung Merapi pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh km serta sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga km dan Sungai Gendol lima km.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 253 warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi mengungsi. Hal itu setelah gunung tersebut mengeluarkan awan panas guguran (APG) sejauh lima km ke arah tenggara pada Rabu (9/10) malam WIB.

"Atas adanya peristiwa APG hingga hujan abu vulkanik itu, sebanyak 253 warga mengungsi sementara ke tempat yang aman," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melalui keterangan tertulis diterima di Yogyakarta, Kamis (10/3/2022).

Dia menyebutkan, rinciannya warga yang mengungsi terdiri atas 60 warga di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan 193 warga di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten danSleman, menurut dia, melakukan pendampingan serta memberikan bantuan logistik kepada para pengungsi tersebut.

"BPBD Kabupaten Klaten, BPBD Kabupaten Magelang dan BPBD Kabupaten Sleman telah berkoordinasi dengan BPPTKG dan lintas instansi terkait guna melakukan kaji cepat, monitoring lanjutan serta mengevakuasi warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi," kata Abdul.

Dia mengatakan, BPBD telah meminta seluruh warga yang berada di dekat lereng Gunung api Merapi agar segera menjauh dari zona bahaya. "Warga juga diminta agar dapat segera berkumpul di tempat (titik kumpul) yang sudah di tetapkan guna memudahkan tim dalam melakukan pertolongan dan evakuasi ke tempat yang lebih aman," kata Abdul.

Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas yang ditunjukkan dengan munculnya luncuran awan panas guguran (APG) sejauh 5.000 meter dan mengarah ke arah tenggara pada Rabu sejak pukul 23.18 WIB. Selain itu, teramati pula lava pijar sebanyak tujuh kali dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya.

Sementara itu, BPPTKG memberikan informasi bahwa potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan APG pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Kemudian pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak. Sejalan dengan informasi BPPTKG tersebut, BNPB mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Masyarakat juga diberi pesan selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Saat ini, gunung tersebut berstatus Siaga Level III sejak 5 November 2020. Apabila terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement