Kamis 10 Mar 2022 05:49 WIB

Yoon Suk-yeol Terpilih Jadi Presiden Baru Korea Selatan

Yoon mengungguli Lee dengan perbandingan suara 48,6 persen lawan 47,8 persen.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Yoon Suk-yeol, kandidat presiden dari oposisi utama People Power Party, mencari dukungan pemilih selama pemberhentian kampanye di Cheonan, Korea Selatan, 03 Maret 2022.
Foto: EPA-EFE/YONHAP
Yoon Suk-yeol, kandidat presiden dari oposisi utama People Power Party, mencari dukungan pemilih selama pemberhentian kampanye di Cheonan, Korea Selatan, 03 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,SEOU L -- Yoon Suk-yeol terpilih sebagai presiden Korea Selatan pada Kamis (9/3/2022). Sosok yang sebelumnya berada dalam kelompok oposisi pemerintah People Power Party ini berhasil mengungguli Lee Jae-myung dari Partai Demokrat yang berkuasa.

Yoon mengungguli Lee dengan perbandingan suara 48,6 persen lawan 47,8 persen. Sekitar 99,8 persen suara partisipasi pemilih telah dihitung hingga pukul 05:30 pagi waktu setempat pada Kamis. Pengumuman resmi diharapkan akan dilakukan pada Kamis pagi.

Baca Juga

Hasil awal sejalan dengan exit poll, tetapi survei dari minggu lalu telah memproyeksikan keunggulan Yoon setelah mendapatkan dukungan dari kandidat yang juga berasal dari kelompok konservatif. Lee awalnya mempertahankan keunggulan yang ketat, tetapi Yoon mulai mempersempit kesenjangan dan melampaui setelah tengah malam ketika sekitar 50 persen dari surat suara dihitung.

Pria berusia 60 tahun ini mengatakan akan menghormati konstitusi dan parlemen serta bekerja dengan partai-partai oposisi untuk menyembuhkan politik yang terpolarisasi. Dia ingin mendorong persatuan dan menyebut pemilihan itu sebagai kemenangan orang-orang hebat.

"Kompetisi kami sudah berakhir untuk saat ini. Kita harus bergandengan tangan dan bersatu menjadi satu untuk rakyat dan negara," katanya dalam pidato pengumuman kemenangan.

Yoon pun tidak lupa berterima kasih dan menghibur Lee serta saingan lainnya yang kalah dalam pemilihan presiden tersebut. Pada upacara terpisah dengan para pendukung, Yoon mengatakan akan menempatkan prioritas utama pada persatuan nasional.

Menurut Yoon, semua orang harus diperlakukan sama terlepas dari perbedaan regional, politik, dan sosial ekonomi. "Saya akan memperhatikan mata pencaharian masyarakat, memberikan layanan kesejahteraan yang hangat kepada yang membutuhkan, dan melakukan upaya terbaik agar negara kita berfungsi sebagai anggota komunitas internasional dan dunia bebas yang bangga dan bertanggung jawab," katanya.

Lee telah mengakui kekalahan dan memberi selamat kepada lawannya. "Saya melakukan yang terbaik, tetapi gagal memenuhi harapan Anda," katanya pada menyalahkan kekurangannya.

"Presiden terpilih, saya sangat meminta Anda untuk mengatasi perpecahan dan konflik dan membuka era integrasi dan persatuan," ujar Lee.

Masa jabatan lima tahun Yoon akan dimulai bulan ini untuk menggantikan Presiden petahana Moon Jae-in, yang secara konstitusional dilarang mencalonkan diri kembali. Kemenangan ini juga berarti perubahan haluan yang luar biasa bagi kaum konservatif, yang telah berjuang sejak pemilihan cepat 2017 setelah pemakzulan dan penggulingan Presiden Park Geun-hye saat itu.

Meskipun menjadi sosok pemula dalam politik, Yoon menjadi terkenal setelah mempelopori penyelidikan dalam skandal korupsi yang melanda pembantu Moon. Dia telah berjanji untuk memberantas korupsi, menegakkan keadilan, dan menciptakan lapangan bermain yang lebih setara.

Dia juga akan mencari posisi baru dengan China dan sikap yang lebih keras terhadap Korea Utara. Selain itu, Yoon harus merilis kebijakan prioritas untuk negara berpenduduk 52 juta yang telah terbelah oleh perbedaan gender dan generasi. Kondisi meningkatnya ketidaksetaraan dan melonjaknya harga rumah akan menjadi perhatian warga Korea Selatan.

Yoon juga harus mengatasi beberapa tantangan termasuk gelombang infeksi Covid-19 terburuk Korea Selatan dan ancaman nuklir serta rudal Korea Utara yang terus berkembang. Negara ini pun harus menavigasi persaingan yang semakin tegang antara Cina dan Amerika Serikat. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement