Rabu 09 Mar 2022 18:51 WIB

Badan Energi Internasional Siap Bawa Lebih Banyak Suplai Minyak ke Pasar

Harga minyak naik hingga empat persen pada penutupan perdagangan Selasa.

Nozel BBM di sebuah SPBU West Hollywood, California, Amerika Serikat, Selasa (8/3/2022). Presiden AS Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) memberlakukan larangan langsung terhadap minyak Rusia dan impor energi lainnya sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina.
Foto: AP Photo/Jae C. Hong
Nozel BBM di sebuah SPBU West Hollywood, California, Amerika Serikat, Selasa (8/3/2022). Presiden AS Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) memberlakukan larangan langsung terhadap minyak Rusia dan impor energi lainnya sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Badan Energi Internasional (IEA) siap untuk membawa lebih banyak minyak ke pasar dengan melepaskan stok tambahan, kata ketuanya Fatih Birol pada Rabu (9/3/2022). IEA juga akan membuat rencana aksi untuk mengurangi minyak dengan cepat.

"IEA minggu lalu telah memutuskan untuk melepaskan stok minyak kami, kami memiliki banyak stok. Ini adalah respons awal, jika ada kebutuhan, kami dapat membawa lebih banyak minyak ke pasar," kata Birol pada konferensi energi di Paris.

"Minggu depan, seperti yang kami lakukan untuk gas, kami akan membuat sepuluh poin rencana aksi bagaimana mengurangi minyak secara cepat, terutama di sektor transportasi," kata Birol.

Presiden AS Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) memberlakukan larangan langsung terhadap minyak Rusia dan impor energi lainnya sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina, di tengah dukungan kuat dari pemilih dan anggota parlemen Amerika. Di sisi lain, langkah itu akan menaikkan harga-harga energi AS.

Harga minyak menetap sekitar empat persen lebih tinggi pada akhir perdagangan Selasa (8/3/2022) karena larangan tersebut. Keputusan ini diperkirakan akan lebih mengganggu pasar energi global karena Rusia pengekspor minyak mentah terbesar kedua.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak 4,77 dolar AS atau 3,9 persen, menjadi menetap di 127,98 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi di 133,09 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 4,30 dolar AS atau 3,6 persen, menjadi ditutup di 123,70 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi 129,40 dolar AS.

Harga minyak telah melonjak lebih dari 30 persen sejak Rusia menginvasi Ukraina, dan Amerika Serikat serta negara-negara lain memberlakukan serangkaian sanksi. Sanksi tersebut telah mengubah ekspor minyak dan gas Rusia bahkan sebelum larangan tersebut, karena para pedagang berusaha untuk menghindari pelanggaran sanksi di masa depan.

Rusia mengirimkan 7 juta hingga 8 juta barel per hari minyak mentah dan bahan bakar ke pasar global. Amerika Serikat mengimpor sangat sedikit minyak dari Rusia, namun larangan itu adalah "satu lagi sumber kehilangan pasokan," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

"Ini hanya satu eskalasi lagi dalam serangkaian peristiwa yang telah mendorong harga minyak mentah dan produknya lebih tinggi," tambah Smith.

Larangan impor dapat mengirim harga minyak global hingga 200 dolar AS per barel, kata analis di konsultan Rystad Energy yang berbasis di Oslo. Sebelum larangan AS diumumkan, Goldman Sachs telah menaikkan perkiraan Brent untuk 2022 menjadi 135 dolar AS dari 98 dolar AS dan prospek 2023 menjadi 115 dolar AS per barel dari 105 dolar AS, dengan mengatakan ekonomi dunia dapat menghadapi "kejutan pasokan energi terbesar yang pernah ada".

Banyak pembeli sudah menghindari minyak Rusia. Shell PLC mengatakan akan menghentikan semua pembelian spot minyak mentah Rusia setelah menuai kritik atas pembelian yang dilakukan pada 4 Maret.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement