Rabu 09 Mar 2022 17:18 WIB

Prospek Saham PTBA di Tengah Kenaikan Harga Batu Bara

Harga saham PTBA saat ini masih memberikan potensi upside yang menarik.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Sebuah truk membongkar muat batu bara di area pengumpulan Dermaga Batu bara Kertapati milik PT Bukit Asam Tbk di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (4/1/2022).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Sebuah truk membongkar muat batu bara di area pengumpulan Dermaga Batu bara Kertapati milik PT Bukit Asam Tbk di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (4/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga batu bara bergerak naik dalam beberapa bulan terakhir terutama sejak krisis Rusia-Ukraina kian memanas. Terbatasnya pasokan batu bara disebut menjadi penyebab kenaikan harga komoditas tersebut. 

Pada perdagangan kemarin harga batu bara di pasar ICE (Newcastle) ditutup di 425,65 dolar AS per ton. Meski turun 2,15 persen dari hari sebelumnya, harga batu bara saat ini telah menguat sebesar 89,39 persen dalam sebulan terakhir. 

Baca Juga

Tren kenaikan harga ini pun disebut berpotensi mengangkat saham-saham yang berkaitan dengan komoditas batu bara. Salah satunya tercermin pada PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang dalam satu bulan ke belakang sahamnya telah menguat 25,18 persen. 

Research Associate Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PTBA. "Kami mempertahankan panggilan beli kami di PTBA karena harga sahamnya saat ini masih memberikan potensi upside yang menarik," kata Axel dalam risetnya dikutip Rabu (9/3/2022). 

Sebagai pemain domestik, Axel melihat, PTBA menawarkan risiko yang lebih kecil karena Indonesia masih sangat bergantung pada batu bara untuk menghasilkan listrik. Saat ini, PTBA memiliki 60 persen dari pangsa pasar pembangkit listrik dalam negeri. 

Axel mengatakan, permintaan domestik akan terus bertumbuh terutama didorong oleh kebutuhan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebagai gambaran, listrik yang dijual PLN selama lima tahun terakhir meningkat rata-rata 3,2 persen. 

Seiring bertambahnya populasi dan pulihnya ekonomi dari pandemi, konsumsi listrik akan meningkat secara bersamaan sehingga mendorong lebih banyak permintaan batu bara. Axel memperkirakan volume penjualan batu bara PTBA akan mencapai sebesar 31,3 juta ton hingga 32,5 juta ton untuk sepanjang tahun 2022 dan 2023. 

Namun di sisi lain, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) saat ini membatasi batubara pada harga 70 dolar AS per ton, sedangkan harga batubara Newcastle ditetapkan 200 dolar AS per ton. Disparitas harga yang cukup signifikan berpotensi membatasi pendapatan PTBA di tengah harga batu bara yang tinggi.

Meski demikian, Axel melihat, potensi penurunan saham PTBA cukup terbatas. "PTBA merupakan perusahaan utama pemain domestik, kami melihat risiko penurunan saham terbatas," kata Axel.

Selama enam bulan terakhir, PTBA telah menguat sebesar 61,93 persen dengan pembelian oleh investor asing mencapai Rp 1,42 triliun. Pada perdagangan Rabu (9/3), saham PTBA bergerak direntang 3.450-3.580.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement