Rabu 09 Mar 2022 05:35 WIB

Hampir 400 Warga Sipil Tewas Sejak Taliban Ambil Alih Afghanistan

80 persen di antaranya tewas oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.

Warga Afghanistan berkumpul di luar kantor paspor saat Taliban melanjutkan penerbitan paspor, di Kabul, Afghanistan, 13 November 2021. Hampir 400 Warga Sipil Tewas Sejak Taliban Ambil Alih Afghanistan
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Warga Afghanistan berkumpul di luar kantor paspor saat Taliban melanjutkan penerbitan paspor, di Kabul, Afghanistan, 13 November 2021. Hampir 400 Warga Sipil Tewas Sejak Taliban Ambil Alih Afghanistan

IHRAM.CO.ID, JENEWA -- Hampir 400 warga sipil tewas dalam serangan di Afghanistan sejak kelompok Taliban mengambil alih negara tersebut. Lebih dari 80 persen di antaranya tewas oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.

Kondisi itu menyoroti skala pemberontakan yang dihadapi penguasa baru. Ini merupakan laporan HAM utama pertama sejak Taliban merebut kekuasaan dari bekas pemerintahan yang didukung AS pada Agustus.

Baca Juga

Laporan itu mencakup periode dari Agustus 2021 hingga akhir Februari 2022 dan tertulis bahwa 397 warga sipil tewas dalam sebagian besar serangan kelompok Islamic State Khorasan (ISIS-K). Lebih dari 50 orang yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok ISIS-K tewas pada periode yang sama dengan beberapa diantaranya disiksa, dipenggal dan dibuang di pinggir jalan.

"Kedudukan hak asasi bagi banyak warga Afghanistan sangat memprihatinkan," kata Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet saat membacakan laporan di hadapan lembaga tersebut di Jenewa.

ISIS-K, yang pertama kali muncul di Afghanistan timur pada akhir 2014, diperkirakan telah menyebar pascapengambil alihan Afghanistan oleh Taliban. Kelompok itu disalahkan atas sederet serangan bunuh diri dalam beberapa bulan belakangan, termasuk serangan di bandara Kabul pada Agustus lalu.

Bachelet juga mengatakan penguasa Taliban telah membatasi hak dan kebebasan kaum perempuan. Ia meminta kaum perempuan diizinkan berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan masyarakat.

Bachelet juga merujuk pada sejumlah kasus penghilangan paksa para pegiat dan pengunjuk rasa dan mengutarakan kekhawatiran tentang pengekangan kebebasan berekspresi. "Saya masih prihatin dengan erosi progresif ruang sipil," ucapnya.

Di bawah pemerintahan mereka terdahulu, selama 1996-2001, Taliban melarang kaum perempuan mengenyam pendidikan. Mereka mengaku kini telah berubah.

Dewan HAM yang berbasis di Jenewa akan menunjuk seorang pelapor khusus di Afghanistan untuk menyelidiki dugaan pelanggaran oleh Taliban dan lainnya di akhir sidang dewan saat ini. Duta Besar HAM Michele Taylor pada Senin mengatakan kepada Dewan ini akan menjadi mekanisme penting untuk mencatat pelanggaran. Ia juga mendesak Taliban agar bekerja sama dengan timnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement