Selasa 08 Mar 2022 19:05 WIB

PBB: Jumlah Pengungsi Ukraina Capai 2 Juta Orang

Pemerintah Ukraina mulai mengevakuasi warga sipil dari kota timur laut Sumy dan Irpin

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Anggota militer Ukraina bersama dengan orang lain membawa seorang wanita tua di kursi roda untuk menyeberangi jembatan yang hancur ketika orang-orang melarikan diri dari kota garis depan Irpin, wilayah Kyiv (Kiev), Ukraina, 07 Maret 2022. Irpin, kota yang terletak dekat Kota Kyiv mengalami pertempuran sengit selama hampir seminggu antara militer Ukraina dan Rusia yang memaksa ribuan orang melarikan diri dari kota itu.
Foto: EPA-EFE/ROMAN PILIPEY
Anggota militer Ukraina bersama dengan orang lain membawa seorang wanita tua di kursi roda untuk menyeberangi jembatan yang hancur ketika orang-orang melarikan diri dari kota garis depan Irpin, wilayah Kyiv (Kiev), Ukraina, 07 Maret 2022. Irpin, kota yang terletak dekat Kota Kyiv mengalami pertempuran sengit selama hampir seminggu antara militer Ukraina dan Rusia yang memaksa ribuan orang melarikan diri dari kota itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan, sebanyak 2 juta warga Ukraina telah mengungsi ke negara-negara tetangga sejak pertempuran dengan Rusia dimulai pada 24 Februari lalu. Kenaikan angka pengungsi cukup signifikan.

“Hari ini arus keluar pengungsi dari Ukraina menjadi 2 juta orang,” kata Grandi lewat akun Twitter pribadinya, Selasa (8/3/2022). Dia mengungkapkan, jumlah pengungsi terus meningkat. Sebab pada Senin (7/3/2022) lalu, angka pengungsi yang tercatat PBB sebanyak 1,7 juta orang.

Baca Juga

Hingga saat ini Rusia memang masih intens melancarkan serangan ke Ukraina. Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), hingga Senin lalu, jumlah warga sipil Ukraina yang tewas mencapai 406 jiwa. Sebanyak 27 di antaranya adalah anak-anak.

OHCHR meyakini, angka korban tewas di kalangan sipil Ukraina lebih tinggi. Karena kondisi lapangan masih sangat berisiko dan rawan, sulit melakukan verifikasi presisi terhadap jumlah korban secara keseluruhan.

Pada Senin lalu, delegasi Rusia dan Ukraina telah memulai pembicaraan putaran ketiga di Belovezhskaya Pushcha, Belarusia. Dalam dua pembicaraan sebelumnya, Moskow dan Kiev gagal menyepakati gencatan senjata penuh. “Putaran ketiga pembicaraan Rusia-Ukraina baru saja dimulai di Belarusia,” kata Kedutaan Besar Rusia di Minsk lewat saluran Telegram-nya.

Dalam pembicaraan itu, delegasi Rusia masih dipimpin asisten Presiden Vladimir Putin, yakni Vladimir Medinsky. Sebelum negosiasi dimulai, Medinsky mengungkapkan, ada tiga hal utama yang bakal dibahas, yaitu penyelesaian politik internal, aspek kemanusiaan internasional, dan penyelesaian masalah militer.

Dalam pembicaraan putaran pertama yang berlangsung 28 Februari lalu, Rusia dan Ukraina gagal menyepakati gencatan senjata. Namun dalam negosiasi putaran kedua yang digelar beberapa hari setelahnya, Kiev dan Moskow menyepakati tentang pembentukan koridor kemanusiaan di kota-kota Ukraina. Hal itu guna mencegah lebih banyaknya korban sipil dalam konflik kedua negara. 

Pemerintah Ukraina mulai mengevakuasi warga sipil dari kota timur laut Sumy dan Irpin yang berdekatan dengan ibu kota Kiev pada Selasa, kata pejabat Ukraina. Evakuasi itu dimulai setelah pejabat Rusia dan Ukraina sepakat mendirikan "koridor kemanusiaan" yang memungkinkan warga sipil meninggalkan kota-kota yang dikepung pasukan Rusia.

"Sejak pukul 09.30 (0730 GMT), lebih dari 150 orang telah dievakuasi dan proses (evakuasi) masih berlangsung," kata gubernur Kiev Oleksiy Kuleba.

Warga sipil terjebak dalam perang sejak pasukan Rusia menggempur Ukraina pada 24 Februari. Moskow menyebut aksi mereka di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".

Pihak Rusia lantas membuka koridor kemanusiaan pada Selasa sehingga memungkinkan evakuasi warga dari sejumlah kota seperti Kyiv, Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol, menurut kantor berita Interfax yang mengutip Kementerian Pertahanan Rusia. Kemenhan mengatakan bahwa pasukan Rusia di Ukraina telah memberlakukan "rezim senyap" sejak pukul 0700 GMT, Interfax melaporkan.

Pada Senin pihak Ukraina menolak usulan Rusia untuk mengevakuasi warga Ukraina ke Rusia atau Belarus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement