Selasa 08 Mar 2022 17:48 WIB

Survei: Pandemi Berdampak terhadap Kesetaraan Gender

Persaingan pencarian tenaga kerja dan banyaknya pengunduran diri semakin terasa.

Wanita Karier (ilustrasi)
Wanita Karier (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tanggal 8 Maret dirayakan sebagai Hari Perempuan Internasional. Dengan mengusung tema #BreakTheBias, ajakan untuk menyuarakan kesetaraan gender di dunia digaungkan. 

Dalam laporan tahunan Grant Thornton "Women in Business 2021" tahun lalu, peran perempuan dalam upaya penanggulangan dan pemulihan Covid-19 di berbagai belahan dunia sangat terasa, di mana jumlah perempuan yang memegang posisi manajemen senior di perusahaan secara global mencatat kenaikan ke angka 31 persen.   

Senada dengan hasil laporan tahun lalu, tahun ini pun Grant Thornton "Women in Business 2022" menunjukkan adanya peningkatan, di mana jumlah perempuan di posisi manajemen senior secara global mengalami pertumbuhan sebanyak satu poin menjadi 32 persen pada tahun 2022.

Walaupun secara kasat mata seakan tidak ada hubungan langsung antara pandemi dengan kesetaraan gender, ternyata dua tahun pandemi menyiratkan adanya dampak tidak langsung pandemi terhadap kesetaraan gender. 

 

Pada awal pandemi banyak spekulasi yang menyatakan bahwa perkembangan karier para perempuan akan mengalami kemunduran dikarenakan adanya perubahan dalam lingkungan kerja. Namun, melihat hasil survei dari International Business Report (IBR) Grant Thornton 2021 menyatakan bahwa D&I (Diversity and Inclusion) dalam bisnis skala menengah (mid-market) mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, 73 persen pelaku bisnis skala menengah meyakini bahwa perubahan pada lingkungan kerja selama pandemi akan menguntungkan perjalanan karir perempuan dalam jangka panjang.  

Global Leader Grant Thornton International Ltd, Kim Schmidt, mengatakan, saat ini, persaingan pencarian tenaga kerja dan banyaknya pengunduran diri semakin terasa beberapa waktu terakhir. Pencari kerja kini juga mempunyai ekspektasi dan permintaan yang tinggi terhadap perusahaan yang mereka lamar. 

"Kami melihat kebijakan perusahaan kini dirancang semakin inklusif untuk menarik calon karyawan serta mempertahankan SDM yang ada. Hal tersebut pada akhirnya menguntungkan banyak perempuan, yang dahulu lebih banyak menemui keterbatasan. Sekarang, mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan saya berharap kondisi ini akan terus bertahan bahkan semakin banyak lingkungan kerja inklusif di masa mendatang," kata Schmidt dalam siaran pers, Selasa (8/3/2022).

Tidak hanya secara global, peran pemimpin perempuan di Indonesia juga berperan aktif dalam mengembangkan potensinya dalam dunia kerja. Terlihat dari hasil survei Grant Thornton yang menyatakan adanya peningkatan jumlah perempuan yang menempati senior management sebanyak tiga poin di angka 38 persen dibanding tahun lalu.

Laporan ini juga menempatkan Indonesia di peringkat kelima sebagai negara dengan posisi manajemen senior perempuan paling banyak secara global. Hal ini menunjukkan peran perusahaan Indonesia untuk terus  menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesetaraan gender dan menciptakan budaya inklusif, terutama untuk para perempuan Indonesia.

CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, mengatakan, perusahaan harus turut menjunjung serta menciptakan budaya inklusif yang menghargai pendapat dan nilai-nilai yang dimiliki tiap individu. Untuk mencapai kesetaraan gender dalam perusahaan, perlu peran aktif dari seluruh pihak untuk menciptakan budaya kesetaraan gender yang mendukung perempuan untuk dapat berkembang dan berkreasi dalam dunia kerja.

"Hal tersebut sangat penting untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan karena apabila setiap karyawan merasa nyaman untuk mengekspresikan dirinya, tentunya mereka akan mampu menampilkan kinerja terbaik untuk lebih terlibat dan berkontribusi bagi masa depan perusahaan," kata Johanna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement