Selasa 08 Mar 2022 13:02 WIB

Memaknai Ramadhan

Sejatinya Ramadhan adalah bulan melatih diri  untuk banyak beramal secara kontinu.

Sejumlah warga belajar membaca Al Quran di Pondok Iqro, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (18/4/2021). Pondok Iqro PAUL (Pengajian Al Quran Usia Lanjut) pada bulan Ramadhan memberikan kursus membaca Al Quran untuk warga seusai shalat Tarawih.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Sejumlah warga belajar membaca Al Quran di Pondok Iqro, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (18/4/2021). Pondok Iqro PAUL (Pengajian Al Quran Usia Lanjut) pada bulan Ramadhan memberikan kursus membaca Al Quran untuk warga seusai shalat Tarawih.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh  Hasan Yazid Al-Palimbangy MAg

Mayoritas umat Islam keliru dalam memaknai Ramadhan yang berakibat semaraknya ibadah hanya tertumpu di bulan Ramadhan saja. Sejatinya Ramadhan bukan bulan untuk menumpuk amal, tapi bulan untuk membiasakan/melatih/mentarbiyah diri untuk banyak beramal secara kontinu. Sehingga amal ibadah kita  berkelanjutan pasca Ramadhan sampai wafat dan pada akhirnya Alllah SWT wafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik).

Mengapa Harus Menunggu Ramadhan? "Sebentar lagi Ramadhan tiba, dua  bulan lagi menuju Ramadhan, bulan Ramadan sudah di depan mata, tak lama lagi kita akan berjumpa bulan Ramadhan." 

Itulah sebagian dari banyak ungkapan yang sering kita temukan jelang Ramadhan. Beragam kalimat itu baik-baik saja disampaikan.  Alih-alih ingin memotivasi umat Islam agar lebih semangat beribadah di bulan Ramadhan akan tetapi nyatanya dari dulu sampai sekarang semarak ibadah hanya tertumpu  di bulan Ramadhan saja.

Namun ingatlah saudaraku bahwa semangat beribadah itu tidak harus menunggu bulan Ramadhan. Memangnya yakin umur kita akan sampai hingga bulan Ramadhan ?  Allah SWT lebih suka ibadah yang terus-menerus dikerjakan kapanpun walaupun  sedikit.

Dalam kitab Latho-if Al Ma’arif karya Ibnu Rajab Al Hambali disebutkan bahwa Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan, sepanjang tahun seumur hidup dan jangan hanya beribadah pada bulan Sya’ban saja. Kami  juga dapat mengatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Romadhoniyyin.” Maksudnya, beribadahlah secara kontinu sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan Ramadhan saja.

Begitu pula amalan suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam adalah amalan yang rutin dan bukan musiman pada waktu atau bulan tertentu. Itulah yang beliau contohkan kepada kita. ’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah mengenai amalan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ”Apakah beliau mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk beramal ?” ’Aisyah menjawab,

لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً

”Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (terus-menerus).” HR. Bukhari)

Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW  bersabda :

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Bukhari no. 6465 dan Muslim no. 783).

Allah SWT berfirman :

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

”Dan beribadalah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu al yaqin (selamanya).” (QS. Al Hijr: 99)

Wallahu a'lam bishshowab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement