Selasa 08 Mar 2022 09:10 WIB

Warga Kota Malang Tukar Sampah dengan Sembako

Ini salah satu cara menangani permasalahan sampah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Warga RW 05 Kelurahan Dinoyo menginisiasi kegiatan tukar sampah dengan sembako di Balai RW 5. Kegiatan ini merupakan salah satu cara menguatkan komitmen mengurangi dan menangani permasalahan sampah. 
Foto: dok. Humas Pemkot Malang
Warga RW 05 Kelurahan Dinoyo menginisiasi kegiatan tukar sampah dengan sembako di Balai RW 5. Kegiatan ini merupakan salah satu cara menguatkan komitmen mengurangi dan menangani permasalahan sampah. 

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Warga RW 05 Kelurahan Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, menginisiasi kegiatan tukar sampah dengan sembako di Balai RW 5. Kegiatan ini merupakan salah satu cara menguatkan komitmen mengurangi dan menangani permasalahan sampah.   

Pengurus RW 05 Dinoyo, Imam Wahyudi mengatakan, sebelumnya telah meluncurkan Bank Sampah Delima. Kemudian kegiatan tukar sampah dengan sembako dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi penumpukan sampah yang ada di lingkungan RW 05.

Dalam kegiatan ini, warga menukar sampah anorganik berupa kertas, botol bekas, dan minyak goreng bekas. Barang-barang tersebut ditukar sembako seperti beras, gula, serta minyak goreng.

"Dan ini tujuannya agar masyarakat mampu secara mandiri mengelola sampah organik maupun anorganik sehingga beban TPS (Tempat Penampungan Sementara) atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir) berkurang,” kata Imam

Untuk mekanisme serta syarat dan ketentuannya, warga harus mendaftar secara langsung sebagai nasabah di Bank Sampah Delima RW 05 Kelurahan Dinoyo. Kemudian sampah pun harus sudah dipilah dari rumah.

Sampah sesuai dengan kriteria yaitu kardus, kertas, koran, botol air mineral, minyak goreng akan ditimbang dan ditaksir oleh petugas Bank Sampah. Menurut Imam, sistem pencatatan pada kegiatan ini berupa poin.

Rata-rata masyarakat masih menyimpan hasil setor sampah ke dalam buku rekening nasabah. Kemudian hasil setor sampah tersebut akan ditukarkan dengan sembako ketika menjelang bulan Ramadhan.

Apabila poin sudah mencukupi, maka dapat ditukar dengan sembako. Apabila poin belum mencukupi atau sisa berlebih, maka akan menjadi saldo yang tercatat di buku tabungan nasabah.

Imam menjelaskan, besaran poin pada kegiatan ini berbeda-beda. Untuk beras kemasan 0,5 kilogram (kg) dapat ditukar dengan poin sebesar 500 poin. Sementara itu, untuk gula pasir 0,5 kg bisa ditukar dengan 925 poin.

Kemudian minyak goreng 500 mililiter (ml) setara dengan 500 poin. Terkait animo warga, Imam mengklaim masyarakat cukup antusias. Pada tahap sebelum peluncuran, ada sekitar 50 warga yang mendaftar menjadi nasabah. "Harapannya, kegiatan ini bisa terus berlanjut dan bisa dikembangkan,” ungkapnya.

Adapun mengenai sampah anorganik, kata dia, ini bisa diolah menjadi kerajinan daur ulang. Sementara itu, sampah organik bisa dikelola untuk budidaya maggot, urban farming, dan sebagainya.

Dengan sistem demikian, diharapkan bisa membuka lapangan kerja serta proses pencatatan buku nasabah akan di lakukan dengan aplikasi Android ke depannya. Upaya yang dimulai dari lingkungan sebagai hulu produksi sampah ini dinilai sangat membantu.

Hal ini terutama dalam mencapai target kebijakan strategis daerah (Jakstrada) pengurangan sampah. Terpisah, Wali Kota Malang, Sutiaji mengapresiasi inisiatif sederhana tapi bermakna tersebut.

Sutiaji menilai kegiatan tersebut bentuk implementasi pendekatan ekonomi sirkular yang bisa menggali nilai ekonomis sampah. Selanjutnya, ia berharap program tersebut bisa dikembangkan di RW-RW lainnya.  

Hal itu bisa dilakukan dengan beragam kreasi masing-masing untuk mengurangi sampah di Kota Malang. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang dalam laporan semester satu 2021, capaian pengurangan sampah 59,660.54 ton persen.

"Atau sebesar 24.12 persen atau baik dari tahun sebelumnya sebesar 22.71 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement