Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. WAODE NURMUHAEMIN.

PERANG DI ERA 4.0 TRANSFORMASI PEMIMPIN DARI HOMO DEUS KE HOMO SAPIENS

Politik | Saturday, 05 Mar 2022, 19:29 WIB

Masyarakat dunia tengah berduka, Putin menginvasi Ukraina. Semua terkejut,semua terpengarah. Siapa yang membayangkan? Abad 21 yang dimana kita semua menyaksikan mahakarya manusia yang dikenal dengan disrupsi yang sangat cepat disegala bidang nyatanya belum bisa mendisrupsi keserakahan, ketamakan, ego dan arogansi manusia untuk menaklukan bangsa lain. Kita semua dibayangi kengerian dan kecemasan gambaran-gambaran perang masa lalu yang begitu ngeri muncul dibenak kita. Gambaran-gambaran seram menarik file-file momori kita atas kejadian-kejadian perang besar dimasa lalu yang begitu kelam. Jatuhnya bom diatas kota Hiroshima dan Nagasaki, hancurnya Pearl Harbor, Perang Korea, perang dunia ke II dan tentu saja bangsa kita dengan sejarah panjang perang-perang melawan era kolonialisme di Indonesia yang terjadi sepanjang umur bangsa ini. Perang hanya menyisakan duka. Makna invasi adalah sesungguhnya pembantaian yang diperhalus. Ada banyak darah yang tumpah dan ribuan tubuh warga sipil yang terkoyak-koyak. Setiap kali perang terjadi, setiap kali itu juga manusia harus menanggalkan harga dirinya sebagaia manusia.

Meskipun dalam skala kecil, serbuan Rusia ke Ukraina menimbulkan banyak spekulasi bahwa dunia sesungguhya tidak seaman gambaran yang ada dibenak kita selama ini. Secara kolektif sebagai penduduk bumi, kita percaya bahwa perang dimedan pertempuran sudah berakhir, seiring dengan berakhirnya perang dunia ke II. Kita merasa bahwa manusia abad 21 adalah manusia-manusia modern hanya akan berperang di dunia maya dengan kamajuan teknologi. Kita mengira, bahwa homo sapiens sudah punah, dan masyarakat dunia saat ini adalah masyarakat homo Deus yang mendewakan teknologi dan menanggalkan tradisi-tradisi homo Sapien yang masih berpikir secara tradisional dan dimana mereka harus berebut dengan alam untuk bisa mempertahankan hidup agar tidak mengalami kepunahan.

Homo Deus dan homo Sapiens adalah dua buku Harari yang menggambarkan kemajuan peradaban manusia dari zaman batu sampai era modern. Homo Sapien adalah fase-fase berat umat manusia yang kebudayaanya masih sangat primitive dan hanya untuk bertahan hidup. Alat-alat yang mereka miliki sangat terbatas. Kekuatan otot menjadi faktor kunci untuk bertahan hidup, membunuh atau dibunuh. Era Homo Deus, manusia sudah sangat beradab dan hidup dalam tatanan dunia yang lebih stabil yaitu saat ini , era industry 4.0 dan masyarakat 5.0. Di Era ini, seharusnya membunuh bangsa lain dan sudah tidak lagi terjadi. Banyak perang yang lebih penting untuk dihadapi bersama –sama sebagai warga dunia. Perang melawan iklim yang semakin mencemaskan, ramalan kota-kota besar dunia yang akan tenggelam, kutub utara yang makin mencair, suhu bumi yang makin tinggi, perubahan musim yang paradox, terorisme yang selalu berganti wajah dan yang terakhir perang melawan virus covid yang bertansformasi dengan dengan cepat masih belum selesai.

Untuk memahami perang memang tidak mudah. Ada banyak faktor didalamnya, namun, yang menjadi sorotan selalu pemimpinnya. Bagaimanapun keputusan ada ditangan mereka. Psikologi seorang pemimpin memang sudah menjadi perhatian sejak lama. Mereka adalah orang-orang yang mengusai hajat hidup orang banyak. Satu kelompok, satu Negara, satu kawasan, satu benua, bahkan satu dunia. Kepemimpinan menjadi satu kajian khusus dalam keilmuan. Dalam disertasi yang saya tulis, salah satu variabel disertasi saya adalah kepemimpinan. Saya membaca banyak literature-literatur kepemimpinan. Mereka adalah orang-orang terpilih, yang menentukan wajah dan sejarah peradaban dunia. Berdasarkan karakter mereka, muncul istilah-istilah kepemimpinan. Dari kepemimpinan transformasional sampai kepemimpinan digital saat ini. Kebanyakan pemimpinan dunia adalah pemimpin yang trasnformasional, namun tidak sedikit juga adalah pemimpin yang otoriter. Pemimpin dunia sesungguhya perlu memperlihatkan kecerdasan bertindak dan kepekaan yang tinggi. Berita invasi Rusia ke Ukraina serta merta melejitkan nama Putin dan presiden Ukraina ke treding dunia berhari-hari sampai saat ini. Kedua pemimpin itu disandingkan dibanyak media. Banyak sisi Putin yang terkuak sebagaimana juga presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Putin yang mantan KGB dan Volodymyr yang bekas pelawak juga mencuat dipermukaan. Dua hal yang sangat kontras. Tentu saja karakter Putin melekat dengan yang berbau intelijen dan kekerasan sedangkan presiden ukraina adalah orang homoris sepanjang pencarian di Google. Namun saat ini, wajah humoris sang presiden selalu penuh duka, terlebih lagi ketika mengucapkan kata “ Kami ditinggal sendirian” penuh dengan kesayuan dan sedikt memperlihatkan tangisan. Sementara disisi lain putin digambarkan dingin tanpa ekspresi dan begitu bernafsu menjatuhkan Ukraina dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Mengapa Putin begitu keukeh menggempur Ukraina? Bukankah harusnya semua bisa dibicarakan dan dirudingkan dengan baik-baik sebagai manusia modern dan beradab? Ulah presiden Putin ini, tidak pelak lagi menimbulkan kecemasan negara-negara lain di dunia, bahwa Negara supor power yang punya hak veto bisa melakukan apa saja terhadap Negara lain yang berdaulat. Invasi Rusia ini juga memperlihatkan bahwa Putin belum selesai dengan fase tahapan homo sapiens dalam dirinya mungkin juga beberapa pemimpin dunia yang lain. Penggunaan cara-cara kekerasan adalah model –model manusia ketika bertahan hidup di era homo Sapien . Invasi Rusia ke Ukraina kiranya tepat dianologikan sebagai satu fase mundur pemikiran pemimpin dunia yang kembali bertransformasi menjadi pemimpin yang homo sapien.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image