Jumat 04 Mar 2022 10:41 WIB

Puluhan Warga Korban Tanah Bergerak di Lebak Tinggal di Pengungsian

Tanah bergerak di Kampung Cihuni berdampak terhadap 37 rumah warga mengalami rusak.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Seorang warga menunjukkan lantai rumah yang rusak parah akibat bencana tanah bergerak di Desa Dermasuci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (14/2/2022).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang warga menunjukkan lantai rumah yang rusak parah akibat bencana tanah bergerak di Desa Dermasuci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (14/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Para korban tanah bergerak di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tampak kebingungan. Hal itu karena mereka harus tinggal di tenda pengungsian tanpa kepastian hingga kapan. Rumah warga di Kampung Cihuni, Desa Curugpanjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, mengalami retak dan bahkan ada yangroboh akibat bencana alam tersebut. Guna mencegah jatuh korban, mereka sementara ini tinggal di tenda pengungsian yang didirikan relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana).

Tanah bergerak di permukiman itu telah berlangsung satu bulan terakhir. Masyarakat ketakutan karena kondisi bangunan rumah terancam bencana. Bahkan, sejumlah rumah roboh akibat tanah bergerak. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Masyarakat sudah meninggalkan pemukiman dan kemudian tinggal di tenda pengungsian."Kami ingin hidup bersama keluarga aman dan nyaman dari ancaman bencana alam itu," kata Ipah (35 tahun), seorang pengungsi yang warga Kampung Cihuni saat ditemui pada Jumat (4/3/2022).

Baca Juga

Masyarakat yang terdampak tanah bergerak di kampung itu mendambakan relokasi agar kehidupan kembali normal. Saat ini, mereka merasa kehidupan tidak nyaman karena tinggal di tenda pengungsian dengan kondisi cukup memprihatinkan. "Kami minta pemerintah daerah segera berupaya untuk merelokasi warga yang terdampak bencana alam itu," kata Ipah.

Kepala Desa Curugpanjang, Yadi mengatakan, tanah bergerak di Kampung Cihuni berdampak terhadap 37 rumah warga, 48 kepala keluarga atau sekitar 173 jiwa. Masyarakat sudah mengosongkan rumah mereka untuk menghindari bencana karena kondisi rumah rusak berat dan terancam roboh. Sebagian warga tinggal di pengungsian, ada juga yang mengontrak rumah. Sedangkan lainnya tinggal bersama kerabat atau orang tua di lokasi yang aman dari bencana.

"Kami terpaksa membongkar rumah, karena kondisi bangunan rumah terancam roboh akibat tanah bergerak," kata Juli (58), seorang warga Cihuni. Kondisi saat ini masih ditambah dengan hujan yang hampir setiap hari turun dengan intensitas sedang dan lebat disertai angin kencang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement