Jumat 04 Mar 2022 03:41 WIB

Apakah Bom Vakum dan Bagaimana Daya Perusaknya?

Ukraina menuduh Rusia meledakkan bom vakum dalam serangan ke wilayahnya.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Bom vakum dalam invasi Rusia ke Ukraina
Bom vakum dalam invasi Rusia ke Ukraina

Bom Vakum, atau juga disebut Bom Aerosol adalah senjata "thermobaric" yang memanfaatkan oksigen di sekitarnya untuk memicu ledakan bersuhu tinggi. Berbeda dengan bom konvensional, yang bahan peledaknya biasanya merupakan campuran dari bahan bakar dan bahan pengoksidasi, dengan komposisi 25% bahan bakar dan 75 persen pengoksidasi, bom thermobaric menggunakan 100% bahan bakar.

Bom Vakum memanfaatkan oksigen di sekitarnya untuk memicu ledakan, yang lebih energetis dibanding bom konvensional dalam bobot dan volume yang sama. Bom ini bekerja dalam dua fase. Fase pertama, bahan bakar bom, baik berupa bahan bakar berbasis karbon atau logam, menyebar berupa partikel halus di udara atau aerosol dan meledak. Ledakannya menyedot oksigen dari udara, karena bom tidak mengandung bahan pengoksidasi.

Setelah letusan deflagasi dan gelombang ledakan, tercipta efek vakum atau hampa udara atau lebih tepat lagi fase tekanan negatif. Gelombang ledakan dari bom thermobaric bertahan lebih lama dibanding gelombang serupa dari bom konvensional.

Bagaimana daya perusak Bom Vakum?

Daya perusak bom vakum atau bom aerosol ini bagi manusia sangat mengerikan. Orang yang berada di pusat ledakan bisa langsung menguap jadi abu. Sementara orang yang berada di dalam radius ledakan sekitar empat kilometer juga akan tewas, baik karena gelombang ledakan yang menghancurkan organ dalam tubuh atau akibat kehabisan oksigen yang tersedot ledakan atau juga akibat radiasi panas ekstrim dari ledakan bom.

Sementara orang yang berada di luar radius ledakan, tapi relatif masih terpapar gelombang ledakan akan mengalami pecah gendang telinga, kebutaan, gegar otak berat atau juga robek paru-parunya.

Apakah ini senjata baru?

Bom Vakum tidak termasuk senjata baru. Laporan pertama pengembangan senjata thermobaric bisa dirunut ke Jerman saat perang dunia kedua. Beberapa negara sudah mengembangkan senjata thermobaric ini sejak tahun 1960-an. Terutama dua negara adidaya saat itu, Uni Sovyet dan Amerika Serikat berlomba mengembangkannya. Akibat desainnya yang memiliki daya perusak yang cukup hebat, bom vakum atau juga disebut bom aerossol ini, dijulukibom atom negara miskin.

Tapi selain kedahsyatan dan kengerian efek perusaknya, bom vakum juga punya kelemahan. Karena memerlukan oksigen untuk meledak hingga dijuluki peledak udara-bahan bakar, bom ini tidak efektif jika digunakan di bawah air, pada ketinggian tertentu atau pada saat cuaca buruk.

Bom ini efektif digunakan untuk menghancurkan bangunan atau infrastruktur di ruang terbuka, seperti gedung perkantoran, markas militer, gudang senjata atau juga apartemen di kawasan pemukiman. Bom vakum juga efektif digunakan menyasar target di dalam gua, bunker perlindungan dan sejenisnya.

Apakah sebelumnya bom ini pernah digunakan?

Bom yang bisa ditembakkan dari kendaraan pelontar rudal di darat atau dari pesawat tempur ini, seperti dari pelontar rudal Rusia TOS-A1, sudah berulang kali digunakan dalam perang. Dua negara yang tercatat memiliki bom vakum dalam jumlah signifkan dan menggunakannya dalam perang adalah Rusia dan Amerika Serikat.

Rusia dituduh menggunakan bom vakum ini dalam perang di Chehnya tahun 1990-an. Juga penguasa Suriah, dituduh menggunakan bom vakum dalam perang di Allepo tahun 2016. Tudingan terbaru kepada Moskow, adalah penggunaan bom vakum ini dalam perang di Ukraina tahun 2022 ini.

Sementara Amerika Serikat diduga menggunakan bom vakum semacam itu tahun 1970-an dalam perang Vietnam. Setelah itu di Afganistan tahun 2002 untuk menghancurkan jaringan gua tempat persembunyian milisi Taliban dan Al Qaeda di kawasan sekitar Gardez di selatan Afganistan. Itu sebabnya bom vakum juga disebut "bom penghancur bunker”

AS juga menggunakan bom yang dijuluki"Induknya semua bom” itu pada tahun 2017 untuk menghancurkan kawasan pertahanan Islamic State di Afganistan. Tentara Amerika ketika itu menggunakan pesawat terbang untuk membombardir kawasan kubu ISIS.

Konvensi Jenewa sebetulnya tidak secara eksplisit melarang penggunaan bom semacam itu dalam pertempuran yang menarget sasaran militer. Namun jika digunakan menarget sasaran sipil, pelakunya bisa didakwa melakukan kejahatan perang dan diseret ke mahkamah kejahatan internasional. as/ (dari berbagai sumber)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement