Jumat 04 Mar 2022 01:43 WIB

Ini Perusahaan yang Hentikan Aktivitas Bisnis di Rusia

Banyak perusahaan yang menghentikan aktivitas bisnisnya di Rusia.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung melintas di depan logo Toyota.
Foto: AP Photo/Koji Sasahara
Pengunjung melintas di depan logo Toyota.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat mobil top Jepang termasuk Toyota terpaksa menghentikan produksi di Rusia. Penghentian produksi ini menyusul sanksi Baratkk yang mengutuk invasi ke Ukraina.

Toyota Motor mengatakan, ekspor kendaraannya ke Rusia dihentikan tanpa batas waktu. Langkah Toyota ini mengikuti keputusan serupa oleh rival senegaranya, Honda Motor dan Mazda Motor.

Baca Juga

Banyak perusahaan Barat telah menolak Rusia setelah serangannya ke Ukraina. Sejumlah negara menyatakan menghentikan investasi di negara tersebut.

“Toyota mengamati perkembangan yang sedang berlangsung di Ukraina dengan perhatian besar terhadap keselamatan orang-orang Ukraina dan berharap untuk kembali dengan aman ke perdamaian sesegera mungkin,” kata Toyota dalam keterangan resminya, Kamis (3/3/2022).

Toyota merupakan merek Jepang top Rusia. Perusahaan memproduksi sekitar 80 ribu kendaraan di pabriknya di St Petersburg yang mempekerjakan 2.000 staf.

Perusahaan mobil global termasuk Mercedes-Benz, Ford dan BMW juga telah berhenti membuat dan mengekspor mobil ke Rusia. Perusahaan pelayaran terbesar di dunia, MSC dan Maersk menangguhkan pengiriman kontainer ke dan dari negara tersebut.

Pada Rabu (2/3/2022), Maersk mengatakan, pengiriman bahan makanan dan pasokan medis ke Rusia berisiko rusak atau rusak karena penundaan yang signifikan di pelabuhan dan bea cukai.

Sanksi Barat, termasuk menutup beberapa bank Rusia dari jaringan keuangan global SWIFT, telah menyebabkan puluhan perusahaan global menghentikan ekspor dan menghentikan operasi di Rusia. Ini memukul nilai tukar rubel dan memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga.

Amazon.com Inc mengatakan, pihaknya menggunakan kemampuan logistiknya untuk mendapatkan pasokan bagi mereka yang membutuhkan. Serta, keahlian keamanan siber untuk membantu pemerintah dan perusahaan sebagai bagian dari dukungannya untuk Ukraina.

Rantai pasokan yang sudah terganggu oleh pandemi, menghadapi lebih banyak tekanan karena penutupan wilayah udara yang memengaruhi industri angkutan udara. Maskapai terpaksa memindahkan sekitar seperlima kargo udara dunia terkena sanksi.

Japan Airlines dan ANA Holdings yang biasanya menggunakan wilayah udara Rusia untuk penerbangan Eropa mereka, mengaku akan membatalkan semua penerbangan ke dan dari Eropa pada Kamis. Sejumlah maskapai lain juga telah membatalkan atau mengubah rute penerbangan antara Eropa  dan Asia Utara.

Fitch dan Moody's pada Rabu (2/3/2022) masing-masing menurunkan peringkat kredit negara Rusia enam tingkat menjadi status "sampah". Sanksi Barat meragukan kemampuan Rusia untuk membayar utangnya dan akan melemahkan ekonominya.

Moskow telah menanggapi eksodus yang berkembang dari investor Barat dengan membatasi sementara penjualan aset Rusia oleh orang asing. Sementara itu, perusahaan-perusahaan Rusia merasa semakin tertekan.

Sberbank, pemberi pinjaman terbesar Rusia, mengatakan pihaknya meninggalkan pasar Eropa karena anak perusahaannya menghadapi arus kas keluar yang besar. 

Rusia telah melanjutkan apa yang disebutnya operasi khusus di Ukraina, bahkan ketika invasi selama seminggu dikecam oleh PBB dalam pemungutan suara bersejarah dan lusinan negara merujuk Moskow untuk diselidiki atas potensi kejahatan perang. Moskow mengatakan sedang mencari "demiliterisasi" Ukraina dan menyangkal menargetkan warga sipil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement