Kamis 03 Mar 2022 11:33 WIB

Tren Harga Minyak Dunia Meningkat, Pertamina Pastikan Pasokan Energi Indonesia Terpenuhi

Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional

Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional.
Foto: Pertamina
Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kenaikan harga minyak mentah dunia telah menembus 110 dolar AS per barel per hari ini, menyusul konflik Rusia-Ukraina yang semakin memanas. Harga minyak mentah dunia ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2014 yang rata-rata mencapai 93,17 dolar AS per barel.

Sejalan dengan yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada Selasa (1/3/2022) mengenai kenaikan harga minyak mentah dunia yang disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina, ia menegaskan kenaikan harga minyak ini harus diwaspadai untuk mencegah terjadinya kelangkaan energi. "Kelangkaan energi. Dulu sebelum perang harganya naik karena kelangkaan. Ditambah perang (harganya) naik lagi. Sekarang harga per barel sudah di atas 100 dolar AS yang sebelumnya hanya 50-60 (dolar AS)," ujar Jokowi.

Baca Juga

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya. Namun yang pasti, Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional. Pertamina menjamin distribusi BBM dan LPG tersebut sampai ke seluruh masyarakat Indonesia serta memastikan keberlanjutan ekosistem energi nasional di tengah tantangan harga minyak mentah dunia yang terus melambung ini.

“Kegiatan operasional Pertamina dari hulu, kilang, sampai hilir, tetap berjalan dengan baik untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Fajriyah.

Menurut Fajriyah, dengan upaya ini Pertamina memastikan ekosistem migas nasional juga dapat berjalan dengan baik agar terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina akan terus meningkatkan kinerja menghadapi tantangan dinamika energi global dan transisi energi dunia agar menjamin ketahanan dan kemandirian energi nasional yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19,” tandas Fajriyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement