Rabu 02 Mar 2022 07:53 WIB

Menelisik Harta Kekayaan Putin, Sampai Rp2.800 Triliun?

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mendapatkan sanksi baru dari AS dan Eropa

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Presiden Rusia Vladimir Putin. (TASS/Russian Presidential Press and Information Office/Alexei Druzhinin)
Presiden Rusia Vladimir Putin. (TASS/Russian Presidential Press and Information Office/Alexei Druzhinin)

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mendapatkan sanksi baru dari AS dan sekutu Eropa dalam langkah langka yang menargetkan kekayaan pribadi seorang pemimpin asing.

Namun, dampak dari sanksi tersebut mungkin sebagian besar bersifat simbolis. Putin diyakini memiliki miliaran dolar dalam kekayaan pribadi, namun sedikit yang diketahui tentang jumlah pastinya atau di mana kekayaannya.

Melansir CNN Business di Jakarta, Selasa (1/3/22) Putin hampir tidak meninggalkan jejak kertas untuk asetnya yang sebagian besar adalah properti. Aset tersebut tersembunyi di balik skema keuangan kompleks yang diselenggarakan oleh orang-orang kepercayaannya, menurut laporan "Panama Papers" 2016 oleh International Consortium of Investigative Journalists.

Baca Juga: Aset Keuangan Vladimir Putin Segera Dibekukan Jepang, Begini Caranya...

Beberapa di antara kemewahan tersebut dikabarkan adalah mega-yact senilai USD100 juta (Rp1,4 triliun) dan istana Laut Hitam yang diduga dibangun untuk penggunaan pribadi Putin.

Di atas kertas, pemimpin Rusia itu terlihat seperti seorang birokrat yang rendah hati. Pada tahun 2018, Putin mengajukan deklarasi pendapatan resmi yang menunjukkan bahwa ia memiliki apartemen seluas 800 kaki persegi di St. Petersburg, bersama dengan dua mobil era Soviet dan sebuah truk off-road.

Kremlin mengatakan pendapatan tahunannya sekitar USD140.000 (Rp2 miliar) bukan angka yang biasa di Rusia, meskipun hampir membuat Putin tetap tidak bisa menggunakan jam tangan mewahnya.

“Koleksi jam tangan Putin yang terlihat bernilai berlipat ganda dari gaji resminya,” ujar Bill Browder, seorang investor di Rusia yang menjadi kritikus sengit terhadap Putin kepada CNN pada 2018. “Kekayaan itu berasal dari pemerasan dan pencurian besar-besaran dari dana negara. "

Browder bersaksi di depan Senat AS pada tahun 2017 bahwa ia memperkirakan kekayaan pemimpin Rusia itu berkisar sekitar USD200 miliar (Rp2.867 triliun) dalam bentuk aset yang akan menjadikannya salah satu orang terkaya di planet ini.

Satu teori tentang kekayaan Putin menunjukkan bahwa dia telah mempersenjatai oligarki Rusia, mengancam mereka dengan penangkapan dan hal yang lebih buruk lagi, kecuali jika mereka memberikan uang tunai atau saham di perusahaan mereka kepadanya.

Namun, melacak kekayaannya terbukti hampir mustahil. Majalah Forbes bahkan mengatakan, mencari tahu kekayaan bersih Putin adalah teka-teki yang paling sulit dipahami dalam perburuan kekayaan.

"Tetapi hanya karena masyarakat umum tidak memiliki pemahaman yang baik tentang di mana aset Putin bersembunyi, kita dapat berasumsi bahwa badan intelijen dan penegak hukum AS dan Uni Eropa telah melacak asetnya selama bertahun-tahun," kata Ross S. Delston, seorang pakar anti pencucian uang.

"Jika pemerintah AS bersama dengan UE serius mengejar asetnya, akan ada banyak target yang harus dicapai," kata Delston. "Mereka akan ada di seluruh dunia ... tentu saja dalam batas-batas UE dan AS."

Tetapi apakah pembekuan aset Putin akan menghalanginya untuk melanjutkan serangan ke Ukraina? Hampir pasti tidak.

"Kami tidak berbicara tentang menghentikan apa pun," kata Delston. "Kita berbicara tentang menghukumnya."

Sanksi yang dijatuhkan kepada Putin bukan berarti sanksi tersebut akan sia-sia. Namun, mereka mungkin hanya akan mengurangi total kekayaan Putin tetapi mereka merusak kredibilitasnya di panggung dunia.

Dalam menekankan betapa jarangnya Amerika Serikat secara pribadi menargetkan kepala negara dengan sanksi, Departemen Keuangan AS mengatakan pada hari Jumat bahwa: "Presiden Putin bergabung dengan kelompok yang sangat kecil yang mencakup lalim seperti Kim Jong Un, Alyaksandr Lukashenka dan Bashar al- Asad."

Namun, Delston mengatakan, sengatan sanksi yang sebenarnya tidak akan menyakitkan bagi Putin.

"Orang-orang dengan kekayaan bersih tinggi cenderung terikat pada aset mereka, meskipun mereka memiliki banyak cadangan."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement