Rabu 02 Mar 2022 02:30 WIB

Mahasiswa UMM Cetuskan Ide Aplikasi Rehabilitasi Diabetes Militus

Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan UMM buat aplikasi cegah orang terkena diabetes

Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ragil Efendi dan Muhammad Nur Cahyo Efendi Firdaus mencetuskan ide aplikasi rehabilitasi diabetes melitus.
Foto: Humas UMM
Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ragil Efendi dan Muhammad Nur Cahyo Efendi Firdaus mencetuskan ide aplikasi rehabilitasi diabetes melitus.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ragil Efendi dan Muhammad Nur Cahyo Efendi Firdaus mencetuskan ide aplikasi rehabilitasi diabetes melitus. Ide ini membuat keduanya meraih juara 3 lomba esai nasional yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIKES Panrita Husada Bulukumba (PHB) pada akhir Februari lalu.

Perwakilan Kelompok, Ragil Efendi menjelaskan, gagasan timnya berawal dari semakin tingginya angka pasien diabetes militus. Apalagi melihat rentang waktu penyembuhan yang cukup panjang. 

Menurut Ragil, diabetes militus ini pada dasarnya disebabkan oleh pola hidup yang tidak teratur serta manajemen stres yang minim. "Maka, kami akhirnya menuliskan gagasan untuk menciptakan aplikasi rehabilitas diabetes militus," kata Ragil dalam pesan resmi yang diterima Republika, Selasa (1/3/2022).

Keberadaan aplikasi ini bertujuan untuk menekan angka penderita penyakit diabetes melitus. Selain itu, juga untuk mencegah orang-orang terkena dan mengidap diabetes.

Aplikasi gagasannya ini nantinya akan dilengkapi dengan beragam fitur bermanfaat. Misalnya saja fitur Edukasi yang akan memberikan pemahaman dan pengetahuan seperti gejala dan penanganannya. Adapula fitur Aktivitasku yang menyarankan aktivitas olahraga guna mengurangi kadar gula dalam tubuh. 

Kemudian ada juga fitur Minum Obatku yang mengingatkan pengguna kapan waktu untuk meminum obat. Terakhir, ada pula fitur Konsultasi yang memberikan pelayanan bagi pengguna jika ingin berkonsultasi dan mendapatkan rekomendasi dari dokter atau ahli gizi terdekat.

Selama penyusunan, ia mengungkapkan, kekompakan tim cukup sulit dipertahankan. Ia memiliki opini dan gagasan sendiri, sementara rekannya juga memiliki ide yang berbeda.

Beruntung, keduanya mampu menahan ego masing-masing dan mampu menjadikannya sebuah gagasan menarik. Kurangnya referensi dan pemahaman pembuatan aplikasi juga emnjadi kendala tersendiri bagi keuanya. 

Mahasiswa asli Dampit, Kabupaten Malang ini berharap, bisa menelurkan ide dan karya yang lain. Bukan hanya karya yang bermanfaat bagi dirinya saja, tapi juga mampu menebarkan manfaat di tengah masyarakat. 

Ragil juga tidak menutup pintu untuk belajar dan mengembangkan potensi terbaiknya di masa depan. “Saya tentu ingin sekali merealisasikan aplikasi ini dengan belajar coding dan alat pembuat aplikasi lainnya. Semoga bisa menjadi titik terang bagi para penderita diabetes,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement