Rabu 02 Mar 2022 00:29 WIB

BPS: NTP Februari 2022  menjadi 108,83,  Naik 0,15 Persen

Komoditas yang dominan dalam mempengaruhi kenaikan NTP adalah bawang merah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani memanen bawang merah di ladang Kampung Arsopura, Skanto, Keerom, Papua, Senin (7/2/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir Nilai Tukar Petani (NTP) Papua pada Januari 2022 sebesar 100,63 atau turun 0,03 persen dibandingkan dengan Desember 2021.
Foto: Antara/Indrayadi TH
Petani memanen bawang merah di ladang Kampung Arsopura, Skanto, Keerom, Papua, Senin (7/2/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir Nilai Tukar Petani (NTP) Papua pada Januari 2022 sebesar 100,63 atau turun 0,03 persen dibandingkan dengan Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada bulan Februari 2022 mengalami kenaikan tinggi yakni 108,83 atau naik sebesar 0,15 persen. Kenaikan NTP terjadi karena ada kenaikan pada indeks harga yang diterima petani sebedar 0,26 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS  Setianto menjelaskan bahwa kenaikan tersebut dipengaruhi oleh NTP subsektor hortikultura yang mencapai 101,75 atau naik sebesar 2,08 persen. Indeks yang diterima petani hortikultura naik sebesar 2,24 persen atau lebih besar dari kenaikan indeks yang dibayarkan petani, dimana peningkatannya mencapai 0,15 persen.

Baca Juga

"Adapun komoditas yang dominan dalam mempengaruhi kenaikan NTP adalah bawang merah dan cabai merah," ujar Setyanto dalam Berita Resmi Statistik yang digelar melalui streaming, Selasa, 1 Maret 2022.

Selain bawang merah dan cabai merah, kelapa sawit dan karet disebut sebagai komoditas penyumbang kenaikan NTP nasional.

Setyanto juga mengatakan, NTP yang paling tinggi terjadi di Provinsi Riau dengan kenaikan tertinggi sebesar 2,50 persen jika dibandingkan dengan kenaikan NTP di provinsi lainnya.

Selain itu, Setyanto turut memaparkan potensi luas panen di sepanjang bulan Januari sampai April 2022 mendatang mencapai 4,81 juta hektare atau meningkat 8,58 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

"Angka tersebut kami hitung berdasarkan pengamatan KSA (kerangka sample area). Hasilnya ada peningkatan potensi luas panen 0,38 juta hektare atau setara 8,58 persen," katanya.

Kenaikan potensi luas panen itu juga berdampak pada peningkatan produksi. BPS mencatat, produksi padi Januari – April 2022 mencapai 25,4 juta ton gabah kering giling (GKG). Meningkat 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 23,58 juta ton GKG. 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan  Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa kenaikan prognosa produksi padi patut disyukuri bersama karena selama pandemi para petani terus bekerja.

"Alhamdulillah kolaborasi pemerintah dan petani terus terjaga sehingga ketersediaan pangan dan kesejahteraan petani terus meningkat," tutupnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement